Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengatakan, penilaian ini menjadi koreksi bagi pemerintah agar mampu membenahi yang kurang.
"S&P tetap memberikan BB+ ya, artinya bukan investment grade. Yang jelas ini menjadi koreksi bagi kita semua, bagi pemerintah. Memang persoalan fiskal yang perlu dilakukan perbaikan," ujarnya di Gedung Sekretariat Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Kamis (2/6/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan kita beruntung pada saat kondisi seperti itu Indonesia masih survive, pertumbuhan masih hampir 5%. Katakanlah kita memang belum sampai pada yang diharapkan investment grade, tapi tetap BB+ dobel," tuturnya.
Apakah ini akan mengganggu target ease of doing buisness?
"Ya ini kan berkaitan dengan persepsi image dunia. Yang paling penting kalau persoalan ease of doing business bisa dilakukan perbaikan sehingga kita rangkingnya bisa seperti yang diharapkan presiden yaitu 40," sebut Pramono.
Meski demikian, Pramono mengatakan, S&P bukan satu-satunya lembaga pemeringkat yang menjadi patokan investor membeli surat utang Indonesia.
"Yang pertama S&P bukan satu-satunya. Sebelumnya Fitch sudah mengumumkan bahwa kita menjadi layak investasi," imbuh Pramono. (drk/hns)