Mengintip Realisasi Anggaran Pemerintah Jokowi Semester I-2016

Mengintip Realisasi Anggaran Pemerintah Jokowi Semester I-2016

Dina Rayanti - detikFinance
Rabu, 20 Jul 2016 23:08 WIB
Mengintip Realisasi Anggaran Pemerintah Jokowi Semester I-2016
Foto: Dina Rayanti-detikFinance
Jakarta - Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) semester I-2016 dilaporkan ke Badan Anggaran DPR. Mewakili pihak pemerintah hadir Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Sofyan Djalil.

Selain itu, hadir pula Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo. Rapat dipimpin Ketua Badan Anggaran DPR, Kahar Muzakir.

Dalam rapat itu, Bambang menguraikan realisasi semester I APBN-P 2016 mulai dari asumsi makro, belanja, serta penerimaan negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

A. Asumsi makro

1) Pertumbuhan

Pertumbuhan ekonomi semester I-2016 diperkirakan sebesar 5% meskipun perdagangan internasional masih mengalami tekanan. Alasannya, di kuartal II-2016 pertumbuhan ekonomi didukung konsumsi dan investasi. Konsumsi rumah tangga didorong konsumsi selama bulan puasa. Kemudian, didorong belanja pegawai setelah menerima gaji ke-13 dan THR. Lalu, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) didukung pembangunan infrastruktur. Ekspor dan impor masih tertekan oleh belum pulihnya kondisi ekonomi global dan rendahnya harga komoditas.

2) Inflasi

Inflasi Juni 2016 yang sebesar 0,66% (mtm/month to month) dan inflasi tahun kalender mencapai 1,06% (ytd/year to date) dan inflasi tahunan mencapai 3,45% (yoy/year on year). Namun inflasi Juni 2016 tergolong relatif lebih rendah dibandingkan inflasi pada bulan puasa tahun-tahun sebelumnya.

3) Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) rata-rata pada semester I-2016 13.420/US$. Pergerakan nilai tukar rupiah ini dipengaruhi beberapa faktor seperti perbaikan ekonomi AS yang dimanfaatkan dengan memperbaiki performa ekspor Indonesia ke AS dan second layers trade. Quantitative easing yang masih berlangsung di Jepang, Eropa, Tionkok, di mana suku bunga riil di negar-negara ini sudah negatif. Kemudian, keputusan Brexit, membat potensi capital inflow ke Indonesia meningkat.

Sedangkan faktor domestik didukung oleh peningkatan kualitas infrastruktur yang berkontribusi positif terhadap kinerja transaksi berjalan dan perekonomian secara umum. Penguatan basis investor domestik. Pengembangan alternatif pembiayaan bagi korporasi, seperti obligasi rupiah, untuk menekan ketergantungan utang luar negeri. Terakhir, tax amnesty berpotensi meningkatkan capital flow ke Indonesia.

4) Tingkat bunga SPN 3 bulan

Realisasi tingkat bunga SPN 3 bulan pada semester I-2016 sebesar 5,7%. Ini terjadi karena derasnya arus modal masuk. Diharapkan tingkat bunga SPN 3 bulan bisa mendekati 5,5%.

5) Lifting minyak dan gas bumi

Realisasi lifting minya di semester I-2016 mencapai 817 ribu barel per hari. Ini terjadi karena dukungan lapangan Banyu Urip yang telah beroperasi penuh. Tren penurunan harga minyak dunia pada awal 2016 memberikan tekanan dan disinsentif kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama. Kemudian, didukung realisasi lifting pada Mei 2016 mencapai 824 ribu bare per hari

Lifting gas bumi semester I-2016 mencapai 1,20 juta barel setara minyak per hari. Ini karena pasar gas bumi Indonesia masih menghadapi risiko tingkat penyerapan yang rendah terutama untuk kargo yang belum ada komitmen penjualan.

6) ICP (Indonesian Crude Price)

Rata-rata harga ICP selama semester I-2016 sebesar US$ 36,5/barel. Ada potensi harga bisa lebih baik, karena sekarang harga berkisar US$40-US$ 50 per barel.


B. Penerimaan dan Belanja

Realisasi anggaran semester I-2016 masih dalam defisit Rp 230,7 triliun atau 1,83%.

1) Penerimaan

Penerimaan negara baru Rp 634,7 triliun atau 35,5%, lebih rendah Rp 33 triliun dibandingkan semester I-2015 yang sebesar Rp 667,9 triliun (37,9%).

Penerimaan perpajakan Rp 522 triliun (34%), dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 535 triliun. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain, rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi semester I-2016, penurunan harga minyak bumi, dan rendahnya aktivitas ekspor impor akibat perlambatan ekonomi global.

Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp 125 triliun (45,7%), dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 132,5 triliun. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain penurunan harga minyak bumi dan rendahnya harga komoditas, khususnya batu bara.


2) Belanja

Belanja negara di semester I-2016 mencapai Rp 865,4 triliun (41,5%), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 752,2 triliun (37,9%)
Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) Rp 262,8 triliun (34,2%), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 195,3 triliun
Belanja non K/L Rp 218 triliun (46%), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 222 triliun

Sedangkan transfer ke daerah dan penyaluran dana desa di semester I-2016 mencapai Rp 384 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 334,7 triliun. Rinciannya, transfer ke daerah sebesar Rp 357 triliun, dan penyaluran dana desa Rp 26,8 triliun. (hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads