Giro Wajib Minimum Diturunkan, Perbankan Bakal Banjir Likuiditas

Giro Wajib Minimum Diturunkan, Perbankan Bakal Banjir Likuiditas

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Selasa, 13 Sep 2016 18:28 WIB
Foto: Ardan Adhi Chandra
Jakarta - Bank Indonesia (BI) memberi sinyal akan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer sebagai bagian dari kebijakan moneter. GWM Primer saat ini tercatat sebesar 6,5% dan akan direvisi ke bawah untuk meningkatkan likuiditas perbankan.

Informasi saja, GWM yakni simpanan minimum (rupiah/valas) yang wajib dipelihara oleh bank dalam rekening giro di BI yang besarannya ditetapkan dalam rasio terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Jika GWM yang disetor bank ke BI diturunkan, maka likuiditas perbankan jadi lebih banyak. Ini bisa menggenjot ekspansi perbankan itu sendiri.

Menurut Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah, pelonggaran GWM Primer diperkirakan akan menambah likuiditas perbankan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini juga seiring dengan penurunan Loan to Deposit Ratio (LDR) atau kemampuan bank memberikan pinjaman kepada debitur yang mengalami penurunan akibat terbatasnya likuiditas.

"Kalau secara nasional cukup. Karena LDR-nya kan sekarang agak turun sedikit. Secara bank per bank saya kira tergantung tapi secara umum cukup," jelas Halim di Kantor LPS Equity Tower, SCBD, Jakarta, Selasa (13/9/2016).

Saat ini, terdapat beberapa bank yang mengalami kesulitan likuiditas yang berimbas pada rendahnya penyaluran kredit ke debitur. Dengan adanya rencana pelonggaran GWM Primer, rasio likuiditas bank yang selama ini masuk dalam kategori ketat perlahan bisa berkurang.

"Bank yang sudah punya masalah, bank yang sejak awal pengelolaan likuiditasnya kurang baik, itu yang saya bilang," ujar Halim.

Selain itu, pemerintah juga berencana menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) untuk menambal defisit APBN untuk proyek-proyek strategis. Penerbitan SBN yang tidak terlalu besar diperkirakan juga tidak akan mengganggu likuiditas bank.

"Dari yang saya ketahui tambahan penerbitan SBN relatif tidak terlalu besar dibandingkan dengan ketersediaan likuiditas sistem," tutup Halim. (drk/drk)

Hide Ads