Menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), kenaikan suku bunga acuan AS tahun depan tidak akan berdampak terlalu dalam terhadap perekonomian Indonesia. Asalkan inflasi mampu terjaga di level terbawahnya.
"Perkiraan 3 kali di 2017, dan 3 kali lagi di 2018. 2017 tantangan kita karena external suku bunga naik, kita di dalam negeri harus bisa menjaga inflasinya," tutur Mirza dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2017 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Pusat, Jumat (16/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan kalau ada inflasi naik karena akan ada pengurangan subsidi menyehatkan APBN maka pengurangan subsidi juga harus dibuat sedemikian rupa agar inflasi terukur," kata Mirza.
Selain menjaga inflasi, angka ekspor juga harus ditingkatkan di tahun depan. Hal ini sangat mungkin terjadi seiring dengan membaiknya harga komoditas seperti pertambangan dan perkebunan.
"Ada pemulihan harga komoditas pertambangan dan perkebunan. Pemulihan tersebut membantu angka ekspor," ujar Mirza.
Mirza juga memprediksi pertumbuhan ekonomi di tahun ini berada di level 5%, sedangkan di tahun depan berada di level 5-5,4%.
"Kami melihat di 2016 di level 5%, 2017 kami confidence untuk estimasi 5,0%-5,4%," tutup Mirza. (hns/hns)