Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, Agus Susanto mengatakan, hal tersebut justru jadi tantangan bagi Indonesia, khususnya dalam mencapai misinya menyelenggarakan jaminan sosial secara menyeluruh.
"Usia penduduk kita mayoritas usia produktif, tapi kondisi ini harus disikapi dengan dua mata. Pertama, tantangan peningkatan tenaga kerja, tapi juga merupakan ancaman terhadap penyelenggara jaminan sosial," katanya dalam seminar Indonesia Economic Outlook di Hotel Pullman Thamrin, Jakarta, Selasa (31/1/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, para pekerja usia produktif saat ini terus didorong untuk masuk dalam sistem jaminan sosial. Sehingga terjadinya pemupukan dana untuk menghadapi masa mendatang yang akan memasuki usia tak lagi produktif.
"Jadi nanti saat usia pensiun banyak, sudah ada cadangan uang yang mulai dibangun dari sekarang. Cadangan uang sangat bermanfaat untuk mendongkrak ekonomi," tutur Agus.
BPJS Ketenagakerjaan sendiri terus melakukan upaya agar seluruh tenaga kerja di Indonesia mendapatkan jaminan sosial. Jaminan sosial menjadi hak dasar manusia yang sifatnya harus menyeluruh, tanpa memandang derajat orang tersebut. Hal inilah yang mendorong negara-negara di dunia melakukan sistem jaminan sosial ke penduduknya.
Dari total penduduk dunia saat ini, yang telah mendapat jaminan sosial masih berkisar 27%. Sedangkan 73% sisanya belum mendapatkan jaminan sosial.
"Negara maju sudah siapkan jaminan hidup yang layak. Jerman dari 1857, Inggris dari 1930, itu sudah menyiapkan sistem jaminan sosial. Kita walaupun agak terlambat sedikit, tapi kita tetap optimis untuk bisa menyelenggarakan jaminan sosial," tukasnya. (mkj/mkj)