"Microfinance di Indonesia begitu besar, kali ini kita ingin mengangkat microfinance sebagai ilmu, studi literatur microfinance selama ini di negara maju pada umumnya mengambil studi kasus di BRI atau di Indonesia, jadi kami ingin dunia ingin belajar microfinance datang ke Indonesia mempelajari praktek dan teorinya," ujar Asmawi.
Asmawi menambahkan, saat ini ia belum pernah menjumpai ada studi literatur tentang microfinance yang dibuat oleh ilmuwan Indonesia. Rata-rata studi Microfinance dibuat oleh ilmuwan ekonomi dari Amerika dan Jerman berlatar belakang akademisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Dengan pembangunan Center of Microfinance di Unhas, kami harapkan para dosen-dosen di Unhas dan kampus lainnya menjadikan Microfinance sebagai keilmuan, minimal mata kuliah atau jurusan, seperti Unhas yang menjadikan program S2," tambah Asmawi yang merupakan alumni Fakultas Ekonomi Unhas ini. (JK)
Sementara itu Wapres Jusuf Kalla (JK) dalam pidatonya menyebutkan pemerintah berkewajiban memajukan pengusaha kecil dengan akses bantuan modal yang mudah, murah dan berkelanjutan yang diberikan oleh Microfinance agar para pengusaha kecil bisa berkembang menjadi pengusaha menengah dan membuka lapangan kerja baru lainnya.
Dengan demikian, lanjut JK, akan mengurangi kesenjangan sosial dan tercipta harmoni bangsa yang dapat ikut menjaga keutuhan bangsa.
"Setiap kota perlu ada pusat studi Microfinance-nya, 10 Microfinance masuk kurang, yang harus disesuaikan dengan kultur daerahnya, seperti Sulawesi Selatan yang memiliki kultur enterpreneurship, harus ada afirmasi ke pengusaha kecil dan di daerah," pungkas JK.
Peletakan batu pertama Center of Microfinance ini turut dihadiri Rektor Unhas, Dwia Aries Tina Pulubuhu, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo dan sejumlah perwakilan kampus-kampus se-Makassar.
Dalam rilis BRI yang diterima Detikcom, pembangunan Center of Microfinance BRI-UNHAS didasari fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu negara pelaku microfinance terbesar di dunia, namun demikian pendidikan dan studi terkait Microfinance di Indonesia masih sangat minim.
Di sisi lain, microfinance memiliki peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian di Indonesia karena microfinance merupakan salah satu instrumen penting dalam pengentasan kemiskinan. Masyarakat miskin pada umumnya memiliki usaha skala mikro, yang menurut terminologi dari World Bank disebut economically active poor.
![]() |
Dengan memberikan akses keuangan kepada segmen ini, diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sehingga bisa naik kelas dan meningkatkan taraf hidup.
Bank BRI sebagai bank dengan core business di sektor UMKM, terutama segmen mikro tidak hanya berkomitmen menjadi pelaku bisnis semata, namun Bank BRI secara aktif membangun disiplin ilmu terkait microfinance. Saat ini, Bank BRI telah memiliki BRI International Institute for Microfinance & Financial Inclusion (BRIIM) yang telah didatangi oleh 7.000 top level management dari 50 negara di seluruh dunia.
Mereka yang datang adalah para policy maker, Central Bank, Commercial Bank, lembaga keuangan mikro dan juga donor agency maupun investor yang semuanya ingin mempelajari microfinance di Indonesia utamanya Bank BRI.
Namun demikian, hal ini dirasa masih kurang karena jangkauan yang terbatas hanya pada pelaku Industri Jasa Keuangan semata. Inilah yang menjadikan dasar Bank BRI menggandeng Unhas, sebagai salah satu Universitas terkemuka di Indonesia, untuk mendirikan Center of Microfinance BRI-UNHAS. Tujuannya, Center of Microfinance BRI-UNHAS akan menjadi institusi pusat pengembangan microfinance terkemuka yang mampu menyediakan pendidikan, penelitian, pelatihan dan pendampingan ekonomi dalam bidang microfinance di Indonesia.
(mna/hns)