Cara Bank Mandiri Cegah Pembobolan Uang di ATM

Cara Bank Mandiri Cegah Pembobolan Uang di ATM

Yulida Medistiara - detikFinance
Kamis, 30 Mar 2017 20:01 WIB
Ilustrasi (Foto: Lamhot Aritonang)
Jakarta - Dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XI, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo memaparkan beberapa modus pembobolan perbankan. Salah satunya ada modus baru yang menggunakan perangkat remote control untuk mengeluarkan uang dari mesin ATM.

"Ada fraud di ATM, di mana satu komplotan bisa menggunakan alat (remote control) yang menggunakan kabel atau wireless untuk memerintahkan ATM kita mengeluarkan uang. Jadi itu ada model baru dimana ada alat buatan Rusia yang bisa mengintervensi gelombang komunikasi dari ATM dan memerintahkan ATM-nya yang mengeluarkan uang," ujar Kartika, di Nusantara I, DPR, Jakarta Pusat, Kamis (29/3/2017).

Perangkat tersebut dicolokkan ke mesin ATM yang kemudian isi uang dari ATM tersebut keluar. Kejadian ini pernah dirasakan Bank Mandiri satu hingga dua kali kasus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sempat ada 1-2 ATM kita yang sudah kena. Jadi dia dicolok pakai kabel," ujarnya.

Ia mengatakan saat ini sedang dipersiapkan software atau aplikasi untuk mengantisipasi hal tersebut. Software tersebut nantinya bisa memberikan notifikasi ketika ada yang mencoba melakukan pembobolan.

"Jadi ATM kami lagi di inject informasi baru untuk notifikasi ketika jaringan informasinya diambil alih oleh pihak lain. Jadi memang signifikan fraud di digital banking," katanya.

Ia menyebut dalam 2 minggu ke depan akan diaplikasikan alat software untuk mendeteksi jika ada yang mau membajak ATM. Nantinya aplikasi itu untuk digunakan di seluruh ATM di Indonesia.

"Sudah ada aplikasi software yang kita tanam di ATM. Jadi dia sudah mendeteksi kalau ada orang yang sudah membajak ATM-nya. Jadi kita sudah ada aplikasinya juga. Dalam 2 minggu ini seluruh Indonesia mau kita pasang," imbuhnya.

Untuk fraud modus skiming dan phising (mencuri akun email) atau pencurian data informasi nasabah dengan kloning melalui ATM, kasus itu adalah kesalahan sistem perbankan maka uang konsumen yang dirugikan akan diganti. Akan tetapi, jika pembobolan mesin ATM yang dirugikan adalah pihak perbankan. Oleh karena itu, perbankan harus memiliki dana untuk pencadangan terhadap risiko operasional.

"Kalau kasus skiming dan phising kita tanggung karena ada kelemahan di sistem kita, tapi kalau yang ATM nya dikuras itu adalah uang kita bukan uang nasabah. Jadi di perbankan sekarang otoritas juga sudah meminta kita pencadangan operational risk terhadap fraud yang terjadi beberapa tahun terkahir," imbuhnya. (dna/dna)

Hide Ads