BI: Dunia Sempat Kaget Trump Jadi Presiden AS

BI: Dunia Sempat Kaget Trump Jadi Presiden AS

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 06 Apr 2017 07:07 WIB
Mirza Adityaswara (Foto: Ardan Adhi Chandra)
Jakarta - Bank Indonesia (BI) memastikan, kekhawatiran pelaku pasar keuangan dunia terhadap sikap kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sudah mulai mereda.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, mengatakan tingkat kekhawatiran pelaku pasar keuangan dunia saat ini tidak setinggi saat Trump memenangkan pemilihan umum (Pemilu) Presiden AS, pada November 2016.

"Kalau kita lihat persepsi di pasar pada waktu Trump menang bulan November, pada saat itu memang pasar kaget, pasar keuangan terkejut karena tidak mengira bahwa Trump akan menang, kemudian yang terjadi sempat ada volatilitis meningkat di pasar keuangan," kata Mirza, pada acara The Impact of Trumponomics On Indonesia, di Bank Indonesia Museum, Jakarta, Rabu malam, (5/4/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alasan pelaku pasar keuangan dunia kaget dan khawatir dengan terpilihnya Trump, menurut Mirza, karena janji-janji Trump semasa kampanye. Contohnya rencana penerapan kebijakan proteksinisme, membesarkan defisit anggaran AS, menurunkan pajak yang berujung pada meningkatnya yield (imbal hasil) surat utang AS.

"Kalau yield AS meningkat, maka yield surat utang negara berkembang juga akan meningkat, itu yang terjadi di November pada saat pasar khawatir dengan kemenangan Trump," tambahnya.

Lanjut Mirza, kekhawatiran pasar keuangan mereda setelah apa yang dikampanyekan tidak kunjung terlaksana. Bahkan, beberapa program di masa kampanye tidak mendapatkan dukungan dari parlemen AS dan juga partainya sendiri.

"Maka dari itu kekhawatiran pasar keuangan menjadi berkurang," jelasnya.

Pada saat kekhawatiran pasar keuangan mereda, kata Mirza, yang terjadi selanjutnya banyak dana-dana segar yang sempat keluar dari negara-negara berkembang, kini kembali lagi.

Seperti Indonesia, dia menilai setidaknya ada dana sekitar Rp 72 triliun keuangan, yang masuk ke Surat Berharga Negara (SBN) dan pasar saham.

"Itu semua menggambarkan bahwa kekhawatiran kita terhadap Trump sudah tidak pada saat bulan November lalu," tandasnya (wdl/wdl)

Hide Ads