Faktor pendorongnya adalah inflasi dan kondisi ekonomi dunia yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap Indonesia, khususnya pada pasar keuangan.
"BI ada kemungkinan untuk naikin suku bunga. Kita lihat gimana inflasi, financial dan global market harus dilihat," kata Ekonom ADB Indonesia Priasto Aji di Kantornya The Plaza, Jakarta Pusat, Kamis (6/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"BI rate kemungkinan akan tetap dipertahankan dalam beberapa waktu ke depan. Pertimbangannya inflasi di first half yang kedua dari sisi interest rate di luar," ujar Priasto.
Baca juga: Tak Ada Lagi Ruang untuk BI Turunkan Suku Bunga
Menanggapi deflasi yang terjadi pada Maret 2017 kemarin sebesar 0,02%, Ia menganggap karena memasuki musim panen. Namun, pemerintah juga harus mewaspadai potensi kenaikan inflasi di bulan mendatang.
"Kita kan kemarin deflasi itu karena panen," ujar Priasto.
Di sisi lain terkait dengan Standard & Poor's (S&P), menurut Priasto lembaga tersebut perlu memperbarui peringkat utang Indonesia. ADB menganggap S&P tidak memiliki alasan untuk tidak menaikan peringkat Indonesia. "Enggak ada alasan S&P enggak naikan peringkat Indonesia," kata Priasto.
Terlebih lagi pemerintah sudah melakukan reformasi fiskal dengan membuat subsidi lebih tepat sasaran dan menggunakan anggaran yang ada ke sektor yang lebih produktif. "Enggak ada alasan untuk itu, pemerintah sudah melakukan reformasi fiskal dan mengalihkan subsidi," ujar Priasto.
Country Director ADB Indonesia Winfried Wicklein mengatakan, pembangunan infrastruktur yang masif di Indonesia dan peningkatan pelayanan perlu menjadi pertimbangan S&P untuk meningkatkan peringkat Indonesia.
"Pengembangan infrastruktur sangat penting dan juga ada peningkatan pelayanan. Dengan adanya pembangunan infrastruktur, daya saing Indonesia meningkat," jelas Winfried pada kesempatan yang sama. (mkj/mkj)











































