"Dari pencapaian profit kita sendiri naik 10%. Misalnya komoditas, terus tambang, batu bara yang harganya sempat US$ 30-40 per ton sekarang sudah US$ 60-70 per ton, itu berubah terus. CPO juga demikian turun sampai US$ 400 per ton sudah terkoreksi US$ 670-700 per ton," cerita Jahja, saat mengawali public expose kuartal I-2017 di Hotel Indonesia, Jakarta, Kamis (20/4/2017).
Dia menuturkan, seringkali dirinya mendengar langsung dari para pelaku usaha, bahwa kondisi ekonomi tahun ini terbilang sudah lebih mapan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi para bankir, geliat tersebut tentunya jadi berkah tersendiri. Yang tentunya selain mengerek kredit dari korporasi, juga akan merembet pada kredit ritel karena daya beli yang meningkat pesat.
"Optimisme ekonomi ini tentu butuh pekerja, seperti tambang enggak mungkin dia semua otomatis, tentu ada rekrutmen pekerja," jelas Jahja.
Soal masih sedikitnya rekrutmen secara masif oleh beberapa perusahaan, dirinya melihat hal ini sebagai masa tunggu pengusaha-pengusaha melihat situasi hingga Lebaran nanti, dalam hal ini sudah berhitung soal libur yang mungkin terpotong dan beban THR saat tiba Lebaran.
"Kenapa tidak rekrut sekarang, karena deket Lebaran. Mungkin sebagian ditahan hingga sesudah Lebaran. Kalau tenaga kerja ini meningkat, kuncinya akan meningkat daya beli, bukan saja pekerja yang direkrut dari Jawa, juga spending di mana mereka bekerja," ucap Jahja.
"Memang jangan harap seperti tahun 2012-2013 saat masa keemasan (booming komoditas). Tapi masa sekarang saya melihatnya positif," tandasnya. (idr/wdl)











































