Hal tersebut diungkapkan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Mirza Adityaswara di ruang rapat Komisi XI DPR, sekaligus menjawab pertanyaan anggota Komisi XI terkait dengan asumsi dasar ekonomi.
Anggota Komisi XI dari Fraksi Partai Gerindra Kardaya Warnika meminta BI untuk lebih rinci dalam menentukan asumsi dasar ekonomi tanpa harus mencantumkan rentang (range).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk inflasi, Mirza memproyeksikan hingga akhir 2018 sebesar 3,3% sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi sebesar 5,26%.
"Ini proyeksi BI, untuk 2018 inflasi 3,3%, PDB 5,26%, kurs 13.550 per US$ bukan rata-rata tapi end of year 2018," jelas dia.
Mirza menyebutkan, asumsi dasar ekonomi versi BI memang selalu ditetapkan dengan rentang. Seperti nilai tukar untuk 2018 sebesar Rp 13.500-Rp 13.700 per US$.
Pergerakan dolar AS pagi ini juga melemah terhadap rupiah. Pagi ini, dolar AS bergerak di kisaran Rp 13.150 dengan posisi tertinggi di Rp 13.200 dan terendah di Rp 13.135. Pelemahan dolar, lanjut Mirza, juga dikarenakan pertumbuhan ekonomi AS yang tidak sesuai perkiraan. Begitu juga dengan tingkat inflasinya yang masih di bawah 2%.
"Nah, dua ini yang membuat mata uang US$ terhadap mata uang global melemah. Sehingga indeks US$ itu terus menurun, bahkan yield dari Surat Utang pemerintah AS untuk 10 tahun itu sekarang hanya sekitar 2,0%. Nah, ini kemudian membuat mata uang negara emerging market termasuk Indonesia kembali menarik. Sehingga capital inflow seperti yang disampaikan Pak ketua, masuk lagi ke Indonesia," jelasnya.
"Sebagai gambaran per hari ini SBN yield 10 tahun itu sudah di bawah 6,5% begitu, yang pada waktu itu pernah mencapai 7%, bahkan pernah capai 7% lebih," ungkap Mirza. (mkj/mkj)