Sewindu Dibentuk, Aset Eximbank Rp 108 Triliun, Naik 8 Kali Lipat

Sewindu Dibentuk, Aset Eximbank Rp 108 Triliun, Naik 8 Kali Lipat

Muhammad Idris - detikFinance
Sabtu, 28 Okt 2017 22:36 WIB
Sewindu Dibentuk, Aset Eximbank Rp 108 Triliun, Naik 8 Kali Lipat
Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank Sinthya Roesly/Foto: Muhammad Idris/detikcom
Semarang - Keberadaan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank genap satu windu atau 8 tahun sejak dibentuk tahun 2009. Aktiva lembaga yang berada di bawah Kementerian Keuangan ini sudah naik signifikan mencapai Rp 108,4 triliun.

Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank, Sinthya Roesly, mengatakan total aset per Juni 2017 sudah meningkat 8,4 kali lipat dari sejak pertama kali berdiri dengan suntikan modal dari pemerintah sebesar Rp 12,9 triliun di tahun 2009.

"Banyak yang sudah dicapai 8 tahun ini, pertama aset LPEI sudah tumbuh dari mulai pertama kali didirikan Rp 12,9 triliun. Saat ini per Juni 2017 sudah mencapai Rp 108,4 triliun atau meningkat 8,4 kali," kata Sinthya saat peringatan Sewindu Indonesia Eximbank di Aston Hotel, Semarang, Sabtu (28/10/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain aset yang terus tumbuh, peningkatan signifikan juga terjadi pada jumlah pembiayaan yang disalurkan ke debitur. Hal lainnya, yakni berlipatnya jumlah nilai penjaminan, dan jasa asuransi yang sebelumnya tak dimiliki LPEI saat pertama dibentuk. Termasuk jumlah debitur saat ini yang tercatat 887 debitur, meningkat tinggi sejak tahun 2009 yakni 77 debitur.

"Pembiayaan pertama kali dibentuk Rp 9 triliun saat ini sudah menjadi Rp 97 triliun atau naik lebih dari 10 kali lipat. Penjaminan dari awalnya Rp 300 miliar sudah menjadi Rp 8,4 triliun per Juni 2017 atau naik 28 kali. Asuransi sebelumnya belum ada, saat ini sudah Rp 10 triliun. Diharapkan akhir tahun bisa meningkat lagi," jelas Sinthya.

Jumlah pembiayaan tersebut sudah mencakup kredit ekspor yang disalurkan untuk sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang porsinya hingga Juni tahun ini sudah tembus Rp 10,86 triliun, naik pesat dibandingkan kredit ekspor pertama segmen UKM di tahun 2010 yang tercatat Rp 637 miliar.

Lanjut dia, LPEI saat ini sudah memfasilitasi kredit ekspor komoditas sebanyak 50 komoditas ke 160 negara. Dari sisi penerimaan negara, pihaknya juga sudah bisa memberikan pengembalian ke kas negara hingga saat ini sebesar Rp 5,25 triliun yang berasal dari dividen, pajak, dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).

"Pembentukan LPEI 8 tahun lalu mendukung pelaku ekspor nasional agar Indonesia di perdagangan global punya posisi yang baik. Ekspor adalah faktor penting perekonomian nasional, dimana banyak sekali memberikan manfaat mulai dari penciptaan lapangan kerja, pemasukan devisa, dan peningkatan reputasi Indonesia di tataran perdagangan global," tutur Sinthya.

Pembiayaan Ekspor UKM

Menurut Sinthya, secara khusus untuk membantu pengusaha segmen UKM, LPEI sendiri sudah memiliki kegiatan jasa konsultasi yakni CPNE( Coaching Program for New Exporter). Dimana pihaknya setiap tahun menyaring pelaku usaha UKM yang berorientasi ekspor. Tercatat sejak tahun 2015, ada 13 pelaku UKM yang naik kelas lantaran menjadi eksportir baru.

"LPEI juga memberikan upaya jasa konsultasi yang saat ini sudah menciptakan eksportir baru sektor UKM sebanyak 13 eksportir baru lewat CPNE. Bagi calon eksportir UKM, bisa memakai fasilitas ini. Ini upaya kita mendorong kemampuan UKM kita menjadi eksportir yang berkualitas," terang Sinthya.
Sewindu Dibentuk, Aset Eximbank Rp 108 Triliun, Naik 8 Kali LipatFoto: Muhammad Idris/detikcom

Sementara itu, Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Arlinda, berujar salah satu masalah terbesar UKM melakukan penetrasi ke pasar ekspor adalah keterbatasan modal. Kondisi ini yang menurutnya, bisa diatasi dengan keberadaan Indonesia Eximbank.

"Ada masalah yang dihadapi UKM, pertama minim akses finansial ketika mencoba ekspor. Bagi UKM, memulai ekspor itu that is not simple. Coba melakukan ekspor, tapi selalu ada kendala. Nah di sinilah peranan LPEI yang bisa menjembatani, bantu mereka dengan kredit," ucap Arlinda.

Pada kesempatan yang sama Riswinaldi Idris, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menjelaskan peran LPEI selain sebagai lokomotif penyalur kredit ke UKM, juga diarahkan pada sektor usaha UKM yang bisa menyasar pasar ekspor ke negara-negara non tradisional seperti kawasan Afrika, Asia Tengah, Amerika Selatan, dan Asia Selatan.

"Eximbank fokus pada peningkatan ekspor komoditas dan fasilitasi pengembangan usaha kecil yang orientasinya ekspor. Dan terutama lebih meningkatkan ke pasar negara non tradisional. Dalam hal ini sangat penting peran Eximbank.

Diungkapkan Riswinaldi, LPEI juga perlu melakukan penetrasi pembiayaan lebih dalam dengan bekerjasama dengan lembaga keuangan lainnya. Dimana lembaga ini hanya perlu fokus pada UKM yang berorientasi ekspor.

"Kepada LPEI kami juga pesankan, kembangkan skema pembiayaan yang bisa bantu UKM dengan kerjasama dengan lembaga lain. Teknologi fintech saat ini juga menawarkan berbagai kemudahan dalam hal pembiayaan," terang Riswinaldi.

Sebagai informasi, realisasi pembiayaan untuk segmen UKM orientasi ekspor telah meningkat sangat signifikan dari Rp 536,7 miliar di tahun 2010, menjadi Rp 11,3 triliun di Juni 2017.

Untuk porsi pembiayaan LPEI terhadap UKM terhadap kredit UKM perbankan nasional sudah mencakup 1,34%. Di Jawa Tengah sendiri, porsi pembiayaan Indonesia Eximbank yakni 2,19% dari total kredit UKM perbankan di provinsi tersebut. (ega/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads