Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Gatot Trihargo, menjelaskan dengan adanya GPN maka bank bisa menekan capital expenditure (capex) atau belanja modal untuk infrastruktur.
"Jadi bank bisa sharing, dengan PT Jalin Pembayaran Nusantara (JPN) dan Link bisa investasi hanya 1/4 saja," kata Gatot dalam acara peluncuran GPN di Gedung BI, Jakarta, Senin (4/12/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, dengan adanya sinergi antar bank, maka tahun ini bank yang tergabung dalam Himbara melakukan moratorium untuk tidak membeli mesin ATM. Jadi mesin yang ada akan disebarkan ke daerah-daerah.
"Agar masyarakat di daerah bisa menggunakan mesin-mesin itu. Lalu untuk para nasabah kita juga sudah menurunkan tarif transfer antar bank BUMN melalui jaringan Link dari Rp 6.500 ke Rp 4.000 dan untuk cek saldo tarifnya digratiskan," imbuh Gatot.
Dia menjelaskan, fee base income atau pendapatan non bunga perbankan memang dari segi tarif akan menurun, namun karena makin banyaknya masyarakat yang menggunakan maka trafik transaksinya akan meningkat.
Gatot mengatakan, bank BUMN dinilai siap untuk menjalankan GPN ini. Pasalnya mereka sudah mempersiapkan diri selama 1 tahun untuk persiapan switching ATM. Hal ini memungkinkan, fitur atau layanan yang sama bisa diberikan oleh perbankan kepada nasabah.
"Jadi nanti fiturnya di semua bank negara akan muncul menu yang sesuai kartunya. Misalnya kartu Mandiri digunakan di mesin ATM BNI maka akan terbuka fiturnya Mandiri," jelas dia.
Gatot menjelaskan, masing-masing bank bisa menyelesaikan per 1 Januari 2018, hal ini bersamaan dengan penggunaan logo GPN.
Sekedar informasi fee based income PT Bank Mandiri Tbk per kuartal III 2017 tercatat Rp 16,8 triliun atau tumbuh 18,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) per kuartal III 2017 mencatatkan fee based income Rp 7,18 triliun tumbuh 15,1% dibandingkan periode yang sama tahun 2016 Rp 6,24 triliun.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) hingga akhir September 2017 mencatatkan fee based income Rp 7,4 triliun atau tumbuh 12,7%. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) per September 2017 mencatatkan fee based income Rp 1,17 triliun tumbuh 38,23% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 851,85 miliar. (mkj/mkj)