Pelaku Skimming di Indonesia Tergabung Sindikat Internasional

Pelaku Skimming di Indonesia Tergabung Sindikat Internasional

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 13 Feb 2018 16:58 WIB
Foto: Lamhot Aritonang
Jakarta - Pembobolan dana nasabah di rekening bank masih marak dilakukan di Indonesia. Skimming masih menjadi salah satu cara populer untuk mencuri uang di rekening nasabah.

Digital Forensic Analyst Ruby Alamsyah menjelaskan pelaku skimming yang ada di Indonesia biasanya tergabung dalam sindikat internasional. "Orang Indonesia dalam skimming ini hanya pelaku operasional ya kaki tangannya lah, dalangnya itu ada di luar negeri Ukraina dan Bulgaria," kata Ruby saat dihubungi detikFinance, Selasa (13/2/2018).


Dia menjelaskan, sindikat internasional tersebut memiliki standard operasional procedure (SOP) yang sangat rapi. Mereka memiliki tim yang terstruktur, menyusun buku panduan, menyiapkan alat dan komputer dengan sistem yang terbaik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, sindikat ini bisa dengan mudah melakukan perekrutan orang-orang yang niat bergabung. Ruby menjelaskan, sindikat tersebut biasanya membuka lowongan pekerjaan dan menjanjikan fee atau bonus yang cukup besar untuk pelaku operasional ini.


Namun, di Indonesia belum pernah tertangkap pelaku intelektualnya. Ini menyebabkan, sindikat tersebut melihat ada celah untuk kembali masuk ke Indonesia.

"Sebenarnya untuk menghentikan skimming ini yang harus ditangkap ya pelaku intelektualnya. Supaya semua jaringan bisa dihentikan, kalau hanya 'pegawai' nya mereka bisa dengan mudah merekrut lagi," imbuh dia.

Ruby mengungkapkan pihaknya pernah menelusuri aliran dana hasil skimming dana tersebut digunakan untuk pembiayaan terorisme. Menurut dia, teroris memang mencari dana dengan melakukan peretasan dan pencurian uang nasabah perbankan untuk biaya operasional.

Negara-negara berkembang seperti Indonesia menjadi salah satu negara dengan target empuk untuk pembobolan rekening nasabah. "Nah mereka mendapatkan dana dari hacking di negara berkembang seperti Indonesia. Kegiatan ini bisa menjadi sumber dana untuk terorisme," ujar dia. (dna/dna)

Hide Ads