Defisit Transaksi Berjalan Diperkirakan Melebar ke US$ 23 Miliar

Defisit Transaksi Berjalan Diperkirakan Melebar ke US$ 23 Miliar

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 22 Mei 2018 16:19 WIB
Foto: Ardan Adhi Chandra
Jakarta - Indonesia saat ini masih mengalami defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Defisit transaksi berjalan diperkirakan berada di US$ 23 miliar atau 2,3% dari produk domestik bruto (PDB) di tahun ini.

"Current account deficit kita lihat kuartal I sudah keluar 2,15%, seandainya satu tahun kira-kira ada di 2,3% secara besaran minus US$ 23 miliar," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (22/5/2018).


Dia menjelaskan angka tersebut masih masuk dalam kategori baik karena masih di bawah 3% dari PDB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau di bawah 3% dari GDP itu masih sustainable," ujar Agus.

Dia menjelaskan sejak periode 2012 Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan. Saat itu jumlahnya bisa mencapai US$ 29 miliar, kemudian selama dua tahun terakhir menyentuh posisi rendah di kisaran US$ 17 miliar.

Namun tahun ini diperkirakan mengalami kenaikan ke posisi US$ 23 miliar. Menurut dia hal ini memang akan membuat rupiah bergejolak.

"Ini akan membuat rupiah cenderung melemah, tapi kalau ada income atau uang masuk mungkin tidak melemah. Kami mau respons yang perlu diperkuat juga adalah reformasi di sektor riil, dan pemerintah melalui fiskal di moneter," ujarnya.


Menurut dia untuk di sektor riil utamanya dengan meningkatkan kualitas barang ekspor. Jadi tak barang mentah, tapi juga menjadikan barang ekspor memiliki nilai tambah dan masuk dalam kategori global value chain.

"Untuk ekspor memang jangan barang mentah, tapi kita harus berupaya jangan terlalu banyak import," ujar dia. (ara/ara)

Hide Ads