Perry menjelaskan, faktor pelemahan nilai rupiah masih didominasi faktor eksternal, mulai dari perbaikan ekonomi negeri Paman Sam, rencana kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) yang lebih agresif, hingga ketidakpastian perang dagang antara AS dengan China.
"Pola ekonomi dunia memang didasarkan kuatnya ekonomi AS, sementara negara-negara lain mengalami perlambatan, ini kenapa dolar AS kuat dan yang lain lemah," kata Perry di ruang rapat Komisi XI DPR, Jakarta, Rabu (5/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan suku bunga yang dilakukan The Fed juga membuat arus modal asing banyak yang masuk ke Amerika, apalagi negara lain belum ingin melakukan penyesuaian suku bunganya.
"Ini juga semakin dorong investor global pindahkan portofolionya ke AS. Ini faktor-faktor yang sebabkan dolar kuat secara luas," ungkap dia.
Selain global, depresiasi rupiah belakangan ini juga disebabkan oleh defisit transaksi berjalan (CAD). Pasalnya, transaksi berjalan yang masih defisit menandakan bahwa kebutuhan akan valas semakin besar.
"Makanya fokus kita tangani adalah kondisi CAD, ini yang harus menjadi fokusnya," tutup dia.
Kubu Jokowi Akan Siapkan 'Senjata' Ini Jika Diserang Isu Dolar, Simak Videonya: