Bos BCA: Digitalisasi Adalah Sebuah Keharusan

Bos BCA: Digitalisasi Adalah Sebuah Keharusan

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 08 Sep 2018 14:21 WIB
Bos BCA: Digitalisasi Adalah Sebuah Keharusan
Foto: Istimewa
Jakarta - Penggunaan perangkat digital adalah hal yang lumrah di kehidupan sehari-hari. Contohnya penggunaan electronic channel yang ada di perbankan, mulai dari mesin ATM, internet banking, mobile banking hingga terbaru video banking dan chatbot yang memungkinkan nasabah bisa chatting dengan robot yang dikeluarkan bank.

Digitalisasi di dunia perbankan adalah sebuah keharusan, karena bisa menekan biaya operasional sehingga bank bisa lebih efisien. Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menjelaskan perseroan berinvestasi besar untuk pengembangan teknologi.

"Total investasi kita di information technology (IT) itu satu tahun Rp 2 Triliun, karena memang yang namanya teknologi harus diikuti terus," kata Jahja kepada detikFinance, belum lama ini di kantornya, Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan, perkembangan teknologi saat ini sangat pesat. Apalagi didukung dengan banyaknya generasi milenial yang memang menyukai transaksi tanpa harus ke kantor cabang.

Misalnya, menggunakan mobile banking dan internet banking. Dia menyebut saat ini transaksi nasabah BCA 97% nya sudah tak lagi di kantor cabang. Seluruh transaksi dilakukan secara digital, hanya sekitar 3% nasabah yang masih mendatangi kantor cabang.

Transaksi yang dilakukan di kantor cabang biasanya memang dalam jumlah yang besar, seperti transaksi penarikan dana puluhan juta hingga miliaran rupiah. Setoran dalam jumlah besar, giro dan cek.



Jahja menjelaskan tren digital di perbankan memang akan terus terjadi. Kemudahan dan kecepatan menjadi pilihan masyarakat. Saat ini beberapa bank termasuk BCA juga sudah menyediakan layanan pembukaan rekening bukan di kantor cabang.

"Kita punya MyBCA di mall, di sana bisa buka rekening tanpa harus ke kantor cabang. Jadi semuanya digital, kalaupun ada petugas, dia hanya mengarahkan dan membantu yang belum terbiasa," imbuh Jahja.

Dia mengharapkan, makin banyak masyarakat Indonesia yang bisa transaksi secara otomatis tanpa bantuan. Memang, dia mengatakan akan menelan biaya yang mahal di awal namun ke depan bisa menjadi lebih efisien.

Misinya adalah membidik kaum milenial.

"Sekarang kan milenial jumlahnya banyak, tapi duit mereka juga belum terlalu banyak dan belum bisa menguntungkan. Kita bidik jangka panjang, waktu mereka muda kita rangkul pengalaman perbankannya di BCA, ketika mereka sudah jadi middle class mereka tetap pakai BCA, karena kita bank yang mereka kenal," ujar Jahja.

Jahja menjelaskan, memang masih banyak tantangan dalam menjalankan bisnis di era digital ini. Salah satunya adalah edukasi ke nasabah atau masyarakat. Dulu, saat mengembangkan internet banking dan mobile banking, BCA memberikan informasi yang intensif kepada nasabah. Harus ada tahapan-tahapan yang dilalui untuk mencapai tujuan tersebut.

Lebih jauh, munculnya financial technology (fintech) di Indonesia disebut-sebut akan menjadi pesaing bank dalam menyediakan jasa sistem pembayaran. Namun, Jahja mengungkapkan perseroan tidak menganggap fintech sebagai rival dalam menggaet nasabah.

BCA justru merangkul fintech-fintech dan e-commerce untuk bekerja sama. Misalnya mengajak mereka untuk membuka rekening korporat di BCA.

"Sami mawon kan? Dana mereka masuk ke kita, kita juga tidak mau head to head untuk promosi, mereka promonya besar wah kita juga harus promo. Tidak juga, biar mereka saja. Kita enjoy dari akun korporatnya," jelas dia.



Uang elektronik

BCA juga memiliki uang elektronik berbasis kartu dan berbasis server yang bernama Sakuku. Jahja mengaku saat ini Sakuku belum terlalu banyak dan besar. Hal ini karena BCA memang belum fokus untuk promosi Sakuku secara besar-besaran.

Karena saat ini persaingan uang elektronik berbasis server yang sangat ketat seperti GoPay, TCash, Mandiri eCash, Yap!, Rekening Ponsel. Dia mengaku pengembangan Sakuku pelan tapi santai, yang penting masih ada transaksi setiap harinya.

"Yang penting kita sudah punya, jadi sewaktu-waktu mau dikembangkan kita sudah siap. Sekarang ancang-ancangnya dulu saja," jelas dia.

Dia menjelaskan seperti pengembangan internet banking beberapa tahun lalu. Menurut dia, BCA bukanlah bank pertama yang mengenalkan fitur ini, namun tetap menyiapkan basic internet banking.

Karena saat itu, belum semua orang memiliki internet, dan harus menggunakan personal computer (PC) dan internet masih menjadi barang mewah. Tapi ketika internet sudah mulai digunakan banyak orang, bisa diakses di handphone maka perseroan bergerak makin gencar untuk pengembangan internet banking.

"Sama seperti Sakuku ini, arahnya kita akan kembangkan dengan teknologi yang paling terbaru. Saat ini kita sedang menunggu perizinan dari Bank Indonesia (BI) untuk QR code," tambah dia.

(kil/eds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads