Hal itu diungkapkan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) tahun 2018 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Selatan, Selasa (27/11/2018).
"Ekonomi global bergerak ketidakpastian setidaknya ada tiga hal penting kita cermati," kata Perry.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu juga membuat pertumbuhan ekonomi negara besar seperti Amerika Serikat (AS) dan China mengalami perlambatan.
Kedua, kata Perry, masih adanya normalisasi yang dilakukan oleh The Fed dan bank sentral Eropa pada tahun 2019.
"Kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat The Fed akan diikuti oleh normalisasi kebijakan moneter di Uni Eropa dan sejumlah negara maju lainnya," ujar dia.
Ketiga, lanjut Perry, adalah mengenai ketidakpastian global yang mendorong tingginya premi risiko investasi ke negara-negara berkembang seperti Indonesia.
"Ketidakpastian semakin tinggi dengan munculnya sejumlah ketegangan antara Amerika Serikat dengan sejumlah negara termasuk Tiongkok, terjadinya krisis ekonomi di Argentina dan Tukri dan risiko geopolitik," kata dia.
Kekhawatiran itu, kata Perry, akan mendorong penguatan dolar dan ketika mata uang negeri Paman Sam itu kuat berdampak pada pengembalian modal asing (outflow) serta pelemahan mata uang negara berkembang.
"Kita bersyukur di tengah ekonomi global yang tidak kondusif dan kinerja dan prospek ekonomi Indonesia cukup baik, stabilitas terjaga dan momentum pertumbuhan berlanjut dan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tahun 2018 kami perkirakan akan meningkat di tahun 2019," ungkap dia.
Tonton juga 'Menkominfo Apresiasi LINE yang Ikut Kembangkan Ekonomi Digital':
(hek/zlf)











































