Stabilitas Sektor Keuangan Semakin Baik

Stabilitas Sektor Keuangan Semakin Baik

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 07 Feb 2019 07:45 WIB
Foto: Tim Infografis Zaki Alfarabi
Jakarta - Memasuki tahun 2019, penjaga gawang sektor keuangan yaitu Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) layak mendapatkan pujian. Sebab di tengah tekanan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS), justru stabilitas sektor keuangan Indonesia menjadi semakin baik.

"Ibaratnya, tahun 2018 adalah tahun kawah candradimuka. Tahun 2019 akan mudah dilewati dengan pengalaman yang telah dialami dalam tahun 2018 yang lalu," kata President Director Center for Banking Crisis Achmad Deni Daruri dalam keterangan tertulis, Kamis (7/2/2019).

Ia mengatakan, kemampuan BI dan OJK menjaga stabilitas sektor keuangan terlihat dari peningkatan keyakinan konsumen. Bukti stabilitas yang membaik terlihat dari perbaikan persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap ekonomi ke depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Desember 2018 menjadi 127,0 poin dari sebelumnya berada pada 122,7 pada bulan November 2018.

Pada tahun 2018, rata-rata IKK adalah sebesar 123,6 lebih tinggi dari rata-rata tahun 2017.

Tren ini terlihat semakin moncer pada kuartal terakhir tahun 2018 dimana rata-rata tingkat IKK berada pada angka 123,0.


"Jumlah ini tercatat meningkat jika dibandingkan pada kuartal sebelumnya. BI dan OJK mampu menjaga keyakinan pasar di tengah hantaman ancaman pelemahan rupiah terhadap dolar AS pada tahun 2018 yang lalu," ujarnya.

Menurutnya, negara lain seperti Turki dan Brasil justru tidak mampu menjaga kepercayaan konsumen mereka. Sementara itu cadangan devisa Indonesia juga menguat tertinggi yang mampu membiayai tujuh bulan impor dengan nilai sebesar US$ 120,6 miliar.

Sementara itu banyak negara berkembang lainnya seperti Saudi Arabia terus mengalami penurunan cadangan devisa semenjak Agustus 2018 hingga saat ini. Padahal Suadi adalah net eksportir minyak dan Indonesia adalah net importir minyak.

"Secara khusus peran BI yang dipimpin Perry Waluyo mampu membawa kebijakan sektor moneter dalam konteks strategi stabilitas, dan kebijakan pertumbuhan berupa makroprudensial, pendalaman pasar keuangan, sistem pembayaran dan ekonomi keuangan syariah," tambahnya.


Ia menambahkan, kebijakan moneter dunia yang tak pasti pada tahun 2018 terbukti telah dapat dijinakkan oleh BI dan OJK termasuk ancaman perang dagang dan capital outflow dari negara berkembang.

"Strategi ini jika dapat dipertahankan dengan baik merupakan modal yang sangat penting dalam menghadapi kondisi perekonomian tahun 2019 yang secara teoritis akan lebih jinak dibandingkan tahun 2018 yang lalu," ujarnya. (ang/ang)

Hide Ads