Saat ini, kata Perry, yang menjadi fokus perhatian ialah menjaga stabilitas terhadap dampak global. Pihaknya, kata Perry, terus memutar otak untuk bisa memperbaiki neraca dagang yang defisit dengan mendorong ekspor, hingga meningkatkan investasi asing ke dalam negeri.
"Yang jadi fokus stabilitas eksternal. Itu gimana terus mengendalikan CAD (Current Account Defisit) dan menaikkan surplus dari neraca modal. Kita masih negatif," kata Perry dalam acara CNBC Economic Outlook 2018 di Hotel Westin, Jakarta, Kamis (28/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurunkan CAD, dorong ekspor otomotif, elektronik, garmen, dan juga aset-aset, bagaimana dorong pariwisata dan memperkuat industri dalam negeri. Bagaimana naikkan FDI (Foreign Direct Investment)," sambungnya.
Untuk itu Perry mengatakan pihaknya telah memiliki 'ramuan' khusus untuk mengatasi. BI, kata Perry, memiliki sejumlah instrumen mengenai pendanaan makro yang hingga ekonomi keuangan syariah.
"Dalam konteks kebijakan internasional, bagaimana arah kebijakan BI? kami itu punya 5 instrumen, ada Jamu. Kebijakan pendanaan makro prudential dan ekonomi keuangan syariah. Dari 5 jamu harus mengalahkan kebijakan moneter untuk perkuat stabilitas eksternal," katanya.