-
Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan bunga acuan 50 basis poin (bps) menjadi 5,5%. Dengan penurunan ini, diharapkan bisa membuat bunga kredit menjadi lebih rendah dan mampu mendorong perekonomian.
Jika suka bunga bisa lebih efisien, maka bunga kredit akan mengikuti. Suku bunga kredit apa saja yang berpotensi turun?
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto mengungkapkan penurunan suku bunga acuan ini harus diikuti oleh penyesuaian bunga yang ada di perbankan.
Dia menjelaskan, jika bank sudah menyesuaikan bunga simpanan atau menurunkan, ada kemungkinan nasabah deposan relatif bertahan karena level bunga simpanan di perbankan Indonesia masih relatif lebih tinggi dibanding negara-negara tetangga.
"Sebagian kecil deposan yang melek keuangan, mungkin akan menggeser sebagian dana simpanannya ke obligasi dan saham," kata Ryan saat dihubungi detikFinance, Jumat (23/8/2019).
Ryan mengatakan, jika arah suku bunga kredit juga bergerak turun, diharapkan dapat mendorong permintaan kredit baru dan tambahan kredit.
Menurut dia, hal ini akan membantu repayment capacity debitur sehingga bisa memperbaiki rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Skenario tersebut kemungkinan terjadi dalam jangka pendek dan jangka menengah ke depannya.
Oleh karena itu, bunga kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) juga berpotensi untuk mengalami penurunan. "Mestinya bunga KPR dan KKB berpotensi turun. Jika turun, ini sekaligus untuk menggairahkan kedua jenis kredit konsumtif tersebut, efek kenaikan permintaan KPR dan KKB amat bagus untuk menopang perekonomian nasional," jelas dia.
Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah mengungkapkan penurunan bunga acuan tak bisa dengan cepat berdampak ke suku bunga kredit.
"Secara teori proses turunnya suku bunga acuan akan direspons bank dengan turunnya suku bunga jangka pendek di pasar uang antar bank, kemudian suku bunga deposito, baru kemudian ke bunga kredit," kata Piter saat dihubungi detikFinance, Jumat (23/8/2019).
Dia mengungkapkan, data empiris menunjukkan turunnya suku bunga acuan di Indonesia tidak banyak diikuti oleh penurunan suku bunga kredit. Penurunan suku bunga kredit bersifat kaku ke bawah.
"Pada periode 2016-2017, saat BI menurunkan bunga acuan hingga level 4,25% membuktikan hal tersebut," imbuh dia.
Piter mengatakan, agar penurunan suku bunga acuan benar-benar berdampak mendorong pertumbuhan kredit, kebijakan BI ini hendaknya secara konsisten diikuti dengan operasi moneter yang lebih ekspansif dan likuiditas benar-benar dilonggarkan.
Berdasarkan data uang beredar BI pada Juni 2019 suku bunga kredit tercatat 10,73% turun 3 bps dibandingkan pada bulan sebelumnya.
Demikian juga, rata-rata tertimbang suku bunga simpanan berjangka tenor 1 bulan 6,76% dari sebelumnya 6,82%. Kemudian tenor 6 bulan 7,26% dari sebelumnya 7,31%.
Suku bunga simpanan berjangka tenor 3 bulan tercatat relatif stabil sebesar 6,79%. Sementara suku bunga simpanan berjangka waktu 12 bulan naik menjadi 7,05% dan 24 bulan meningkat menjadi 7,34%.
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Ryan Kiryanto menjelaskan langkah BI diyakini akan berdampak positif untuk sektor perbankan dan sektor riil sehingga mampu menjadi stimulan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di atas 5% tahun ini.
"Signal yang diberikan BI adalah ke depan semua pihak harus terus mewaspadai perkembangan ekonomi global yang terindikasi melambat sehingga BI merasa perlu menjaga ketahanan atau resiliensi ekonomi domestik melalui penetapan suku bunga acuan yang akomodatif (dovish)," kata Ryan saat dihubungi detikFinance, Jumat (23/8/2019).
Dia menyebutkan, saat ini hanya tinggal menunggu kebijakan fiskal dari pemerintah yang akomodatif melalui serapan anggaran yang lebih agresif untuk menguatkan kebijakan moneter BI yang dinilai sudah akomodatif.
Sebelumnya Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, ada tiga alasan mengapa BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya. Pertama adalah rendahnya perkiraan inflasi hingga 2020.
"Rendahnya prakiraan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran 3,5% plus minus 1% akan tetap berada dalam sasaran 3% pada 2020," kata dia di kantor BI, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2019).
Kedua, lanjut dia, adalah kepercayaan bahwa imbal hasil investasi masih akan menarik meski suku bunga acuan BI turun.