Sri Mulyani menceritakan awal pertemuannya dengan Agus adalah saat pemerintah mencari pimpinan untuk Bank Mandiri yang harus disehatkan usai disuntik Rp 170 triliun. Kemudian, Sri Mulyani kembali berurusan dengan Agus saat ia harus pergi ke Washington DC untuk menjadi managing director World Bank.
"Waktu itu saya harus ke DC (2010) dan mencari siapa yang mau menggantikan Menteri Keuangan (Menkeu), saya kira mungkin orang seperti Pak Agus tepat untuk menggantikan Menkeu. Bukan hal mudah memang ada di posisi Menkeu saat itu," kata Sri Mulyani di Gedung BI, Jakarta, Senin (9/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Cerita Kelam Perbankan RI saat Krismon 98 |
Dia juga menceritakan, saat itu tahun 2008 krisis keuangan global melanda dunia. "Di satu sisi orang Indonesia itu masih punya kepercayaan takhyul kalau akan ada krisis 10 tahunan. Memang waktu itu saat saya di G20 ada peringatan cloud is coming. Kemudian Lehman Brother jatuh dan akhirnya terjadilah krisis juga di Indonesia," ujarnya.
Sri Mulyani menceritakan, saat itu ada dua bank yang bermasalah yakni Bank Indover atau anak usaha Bank Indonesia (BI) dan Bank Century. Untuk Century yang bermasalah, Sri Mulyani sempat mendapatkan telepon dari Muliaman Hadad saat itu masih menjabat Deputi Gubernur BI.
Setelah mendapatkan info tersebut, Sri Mulyani akhirnya mendapatkan fax resmi dari Indonesia yang memberitahukan masalah Century. "Tiba-tiba saya dikasih tahu kalau Century bermasalah, Century tuh opo saya tidak tahu, lalu dikirimi fax isinya setengah halaman. Tulisannya Bank Century sistemik akan collapse. Saya langsung tanya siapa itu Bank Century dan pemiliknya," jelas dia.
Kemudian Sri Mulyani akhirnya pulang ke Indonesia dan menyampaikan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait Century dan ia tidak meneruskan pertemuan G20.
"Saya bilang ke Pak SBY, pak sebaiknya saya pulang ada bank sistemik kata BI. Setelah pulang saya tanyakan kepada perbankan bagaimana kondisinya," imbuh dia.
Sri Mulyani mengungkapkan, saat itu memang berat karena ada gejolak global, namun sejumlah negara mengadopsi blanket guarantee seperti Singapura hingga Australia untuk menghentikan krisis kepercayaan di dunia perbankan.
(kil/dna)