Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengungkapkan aliran modal asing tersebut karena investor makin percaya terhadap perekonomian Indonesia.
"Inflow kita posisi year to date sekitar Rp 226,7 triliun. Sebagian besar inflow itu ke SBN," ujar Dody di Gedung BI, Jakarta, Jumat (8/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan ada sejumlah indikator global maupun domestik yang masih mendorong masuknya investor asing ke Indonesia. Untuk global misalnya, kesepakatan dagang fase pertama antara AS dan China yang belum terealisasi, mendorong investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi ke negara lain.
"Mereka mulai mencari untuk melihat return yang tinggi, termasuk ke Indonesia. Kalau dilihat yield UST (US Treasury) naik karena berbalik dengan harga. Data komoditas membaik, meskipun tidak semua komoditas andalan bagi Indonesia membaik," kata Dody.
Kemudian data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meskipun melambat 5,02%, namun masih di atas prediksi atau ekspektasi pasar. Selanjutnya cadangan devisa yang naik menjadi US$ 126,7 miliar per Oktober 2019 pun menambah kepercayaan investor terhadap Indonesia.
Derasnya dana asing yang masuk tersebut mendorong nilai tukar rupiah terus terapresiasi. Dody melaporkan, sejak awal tahun ini, rupiah berhasil menguat 2,68%.
"Rupiah relatif stabil, bahkan kemarin dolar AS tercatat di level Rp 13.990 itu menandakan bahwa year to date rupiah kita terapresiasi 2,68%. Bahkan selama minggu kemarin rupiah kita apresiasi 0,3%" jelas dia.
(kil/fdl)