"Kami akan menjalankan dan memperbaiki tradisional bisnis model yang ada sekarang. Pembiayaan di agri, pembiayaan di retail, kemudian bagaimana meningkatkan current account saving account/CASA itu masih kami lakukan," ujar Plt Direktur Utama BRI Agro Ebeneser Girsang saat Public Expose di Jakarta, Rabu (27/11/2019)
"Next step kita lebih spesifik memberi solusi pada customer, kita pahami kebutuhan mereka kemudian mitigasi akan kita tingkatkan dan pilar berikutnya kita juga bekerja sama dengan pihak ketiga berkolaborasi menawarkan produk-produk berbasis digital," imbuhnya.
Sebelumnya, Ebeneser mengatakan laba bersih BRI Agro di kuartal III 2019 mengalami penurunan hingga 90,82% menjadi Rp 15 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun lalu laba bersihnya mencapai Rp 167 miliar. Menurutnya, hal itu disebabkan kredit bermasalah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, lanjut Ebeneser, untuk periode yang berakhir pada 30 September 2019, BRI Agro masih menunjukkan adanya pertumbuhan. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan Total Aset sebesar 19,22% secara year on year dari Rp 20,91 triliun pada 2018 menjadi Rp 24,92 triliun.
"Kontribusi sektor agribisnis yang menjadi fokus perseroan sampai dengan 30 September 2019 adalah salah satu penopang pertumbuhan penyaluran kredit perseroan. Porsi penyaluran kredit kepada sektor agribisnis sendiri tercatat sebesar 56%," tuturnya.
Seiring dengan pertumbuhan penyaluran kredit, Total Dana Pihak Ketiga (DPK) berhasil dihimpun oleh perseroan juga meningkat sebesar 24,55% secara year on year dari sebesar Rp 15,82 triliun menjadi Rp 19,70 triliun. Sehingga rasio likuiditas yaitu LDR dapat terjaga pada level aman yakni sebesar 93,33%. Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan DPK adalah produk deposito yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 28,64% secara year on year.
(akn/mpr)