Jakarta - Penipuan berkedok investasi menyasar berbagai kalangan mulai dari baby boomers sampai generasi milenial.
Modus yang digunakan juga beragam dan menyesuaikan target korban. Sebagai generasi milenial yang sangat melek teknologi, ada baiknya memeriksa dan mengumpulkan investasi sebanyak-banyaknya sebelum berinvestasi.
Jadi jangan sampai terperangkap ya! Berikut tips selengkapnya :
Periksa Lengkap
Pencegahan terhadap investasi bodong sendiri bukan tak dilakukan. Namun kesadaran masyarakat yang tergiur akan iming-iming serba instan malah bikin investasi bodong makin menjamur.
Perencana keuangan, Aidil Akbar menjelaskan sebagai generasi yang melek teknologi, milenial bisa memeriksa legalitas perusahaan investasi tersebut.
Misalnya memeriksa di website regulator seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai menghubungi call center untuk mendapatkan informasi yang lengkap. Sehingga rencana investasi bisa lebih siap dan matang.
"Cek legalitasnya dulu, siapa regulatornya. Untuk produk investasi harus ada izin atau terdaftar di OJK. Kalau tidak jelas, please jangan invest," ujar Aidil saat dihubungi detikcom, Sabtu (28/12/2019).
Setelah mengetahui legalitas perusahaan, diperlukan informasi lengkap terkait alamat, pemilik sampai pengelolanya. Ini bisa dilakukan dengan mencari dengan browsing di google atau website perusahaan.
Selanjutnya, tanyakan secara detail mekanisme investasi. Misalnya uang yang disetorkan harus transparan ke mana akan diinvestasikan.
"Tanya detail mekanismenya, uang diputar ke mana, kalau produk keuangan masuk ke mana? Apakah saham? obligasi atau surat utang? Harus lengkap menanyakan hal itu," imbuh dia.
Perhatikan Risiko
Mereka biasanya menawarkan keuntungan yang sangat besar dalam waktu singkat dan risikonya rendah.
Padahal, dalam prinsip investasi ada yang namanya high risk high return. Jadi, jika ada yang menawarkan risiko rendah tapi keuntungan tinggi, patut dipertanyakan.
Perencana keuangan, Aidil Akbar menjelaskan sebelum memulai investasi harus melihat return atau imbal hasil yang mereka iming-imingkan.
"Kalau penawarannya nggak masuk akal, berarti bohongan. Sekarang, bunga deposito saja sekitar 5% per tahun, reksa dana saham atau campuran rata-rata maksimal 15% per tahun," kata Aidil saat dihubungi detikcom, Sabtu (28/12/2019).
Dia menyebut, jika ada orang atau perusahaan yang mengiming-iming keuntungan puluhan persen, misalnya 50%-100% dalam hitungan hari, sudah dipastikan palsu dan itu kebohongan.
"Yang hitungan tahunan saja masih sulit untuk dipercaya, apalagi hitungannya jam atau hari," jelas dia.
Dalam berinvestasi, memang sebaiknya mengetahui dengan jelas latar belakang perusahaan dan produk investasi yang dijual. Pada dasarnya investasi merupakan tujuan agar mendapatkan untung bukan buntung.
"Jika perlu tanya ke financial planner, nanti ada fasilitas chat di aplikasi Moneesa agar masyarakat bisa tanya-tanya dan tidak tertipu investasi bodong," imbuh dia.
Simak Video "Video: Bareskrim Bongkar Penipuan Berkedok Investasi Kripto Internasional"
[Gambas:Video 20detik]