Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan penurunan ini diharapkan bisa membuat likuiditas valas di perbankan nasional semakin banyak.
"Rasio GWM yang menjadi 4% ini akan meningkatkan likuiditas valas di perbankan sebesar US$ 3,2 miliar," kata Perry dalam konferensi pers di kantor BI, Jakarta, Senin (2/3/2020).
Dia menjelaskan langkah ini ditempuh untuk stabilitas moneter dan pasar keuangan termasuk memitigasi dampak virus corona.
Dengan penurunan ini diharapkan dapat memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah, sehingga perbankan akan lebih mampu memasok pasar valas sekaligus intervensi yang dilakukan Bank Indonesia.
Sedangkan penurunan GWM rupiah ditunjukkan ke perbankan yang melakukan pembiayaan ekspor dan impor. Sebab, selama ini para eksportir dan importir mengalami kesulitan akibat dampak virus corona.
"Tidak hanya masalah logistik distribusi, tapi juga untuk para importir yang semua mengimpor dari China ingin impor ke negara lain biaya impronya itu mahal. Diharapkan penurunan GWM rupiah dapat mempermudah dunia usaha, sehingga biaya bisa lebih murah dan perbankan mampu membiayai kegiatan ekspor dan impor," kata Perry.
Menurut Perry kebijakan penurunan GWM rupiah akan berlaku selama sembilan bulan dan akan dievaluasi oleh Bank Indonesia. Langkah evaluasi ini perlu dilakukan karena semestinya kegiatan ekspor impor sudah bisa normal selama enam bulan.
"Kesulitan ekspor impor karena kesulitan virus corona tapi kami kasih dulu sembilan bulan. Semoga enam bulan bisa mulai normal dan tetap bisa dukung dunia usaha dalam lakukan kegiatan ekspor impor," jelas dia.
(kil/dna)