Sejumlah kasus gagal bayar di industri keuangan Indonesia memberikan pengaruh negatif untuk pemerintah yang saat ini sedang menjaga kondisi ekonomi nasional yang tertekan akibat pandemi COVID-19.
Dibutuhkan langkah strategis untuk menuntaskan kasus gagal bayar sehingga tak menjadi beban baru untuk pemerintah di situasi yang berpotensi resesi ini.
Analis pasar modal dari Avere Mitra Investama, Teguh Hidayat mengatakan kasus gagal bayar yang terjadi saat ini akan menghambat upaya pemerintah sendiri dalam memasyarakatkan pasar modal.
"Dampaknya bisa dilihat dari volume transaksi menjadi sepi dan turunya kepercayaan dari masyarakat," kata Teguh, Kamis (25/6/2020).
Sekadar informasi sejak mewabahnya virus Corona di sejumlah negara termasuk Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan yang cukup signifikan atau turun 20,99% dari posisi 6.283 pada awal tahun, menjadi 4.964 pada penutupan Rabu (24/6). Bahkan, posisi IHSG sempat menyentuh level 3.937 atau amblas 37,33% pada Selasa (24/3).
Kemudian untuk memitigasi risiko gagal bayar di industri keuangan Indonesia, langkah pertama yang harus dilakukan pemerintah dan otoritas bisa dimulai dengan mendengar masukan dari sejumlah ekonom maupun pelaku pasar.
Menurut dia, dengan ekslusifnya sikap pemerintah dan regulator yang ditunjukkan selama ini, ia pun tidak heran jika kasus gagal bayar di produk reksadana, asuransi dan obligasi akan menambah beban pemerintah di tengah ancaman resesi pasca pandemi virus Corona.
"Memang belakangan otoritas dan seterusnya sudah mulai mendengar masukan-masukan dari pelaku pasar. Tapi dulunya saya dan teman teman nggak pernah digubris ketika memberi masukan," imbuh dia,
Buka halaman selanjutnya>>>>
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak Video "Waktunya Gen-Z Beralih ke Investasi Hijau"
[Gambas:Video 20detik]