Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan skema bagi beban utang pun sudah dilakukan lebih dulu oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, dan beberapa negara Eropa pada krisis ekonomi 2008-2009.
"Dalam situasi menghadapi COVID yang sudah mempengaruhi keseluruhan negara di dunia, banyak negara yang juga melakukan langkah extraordinary akibat COVID ini. Seperti yang dilakukn dari berbagai laporan banyak negara yang melakukan burden sharing atau kerja sama antara fiskal moneter dalam mengelola dampak COVID terhadap perekonomian," kata Sri Mulyani via virtual, Jakarta, Senin (6/7/2020).
Dia menyebut beberapa negara berkembang yang melakukan burden sharing antara lain, Chili, Colombo, Hungaria, India, Meksiko, Filipina, Afrika Selatan, Thailand, dan Turki.
"Mungkin dalam hal ini kalau di negara maju seperti AS, Eropa, Jepang bahkan quantitative easing dan monetesasi dari utang pemerintah dilakukan secara lebih advance atau lebih maju. Ini sudah dilakukan sejak terjadinya krisis ekonomi 2007-2008," jelasnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini pun mengaku, pemerintah akan tetap menerapkan skema burden sharing ini secara hati-hati.
Hal itu juga yang disampaikan anggota Komisi XI DPR Kamrussamad. Dia bilang pemerintah harus tetap memiliki strategi pengelolaan utang yang kredibel. Meskipun konsep SKB BI dan Menteri Keuangan dalam konsep pendanaan dan burden sharing dengan kriteria SBN jangka panjang yang tradable dan marketable.
"Kami mengingatkan pemerintah agar memiliki strategi pengelolaan utang utamanya menyangkut profil jatuh tempo utang harus dipastikan memiliki timeline yang terkendali," kata dia.
Selain itu, anggota dari Fraksi Gerindra ini juga meminta BI untuk mampu mengatasi dampak berbagi beban bunga utang ini terhadap laju inflasi nasional.
"Kita memahami perlunya menjaga independensi Bank Indonesia, tetap pruden dengan fokus utama menjaga moneter dan inflasi dengan tetap bekerjasama pemerintah dalam membuka ruang fiskal yang lebih baik," jelasnya.
Menanggapi itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo optimistis mampu menjaga laju inflasi sesuau target yaitu 3% plus minus 1% di tahun 2020.
"Situasi sekarang ekonomi sedang mengalami dampak pandemi, makanya saya katakan kami yakin inflasi masih terkendali sasaran 3% plus minus 1%. Apalagi bulan lalu inflasi di bawah 2% dan karena weekday month bahwa tekanan inflasi rendah," kata Perry.
(hek/dna)