Mereka yang Sukses dan Gagal Pangkas Angka Nol di Mata Uang

Mereka yang Sukses dan Gagal Pangkas Angka Nol di Mata Uang

Vadhia Lidyana - detikFinance
Rabu, 08 Jul 2020 13:45 WIB
Redenominasi
Foto: Tim Infografis, Andhika Akbarayansyah
Jakarta -

Pemerintah kembali membuka wacana pengurangan angka nol di rupiah atau redenominasi. Wacana penyederhanaan Rp 1.000 menjadi Rp 1 ini tercantum dalam RUU Redenominasi yang masuk dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 77 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2020-2024.

Redenominasi ini sudah pernah dilakukan beberapa negara. Namun, ada negara yang sukses menerapkan pengurangan angka nol di mata uangnya, ada juga yang gagal hingga berdampak pada perekonomian negara itu sendiri.

Dari catatan detikcom, ada beberapa negara yang sukses melakukan redenominasi yaitu Turki, Rumania, Polandia, dan Ukraina.

Turki mulai menerapkan redenominasi pada tahun 2005. Mata uang Lira (TL) dikonversi menjadi Lira baru dengan kode YTL. Kala itu, konversi mata uang lama ke baru dilakukan dengan menghilangkan 6 angka nol. Kurs konversi adalah 1 YTL untuk 1.000.000 TL.

Penerapan redemoninasi di Turki dilakukan dengan sangat hati-hati. Prosesnya pun berlangsung selama 7 tahun. Dalam prosesnya, pemerintah Turki sangat memperhatikan stabilitas perekonomian dalam negeri.

Pada tahap awal, mata uang TL dan YTL beredar secara simultan selama setahun. Kemudian mata uang lama ditarik secara bertahap digantikan dengan YTL. Pada tahap selanjutnya, sebutan 'Yeni' pada uang baru dihilangkan sehingga mata uang YTL kembali menjadi TL dengan nilai redenominasi. Selama tahap redenominasi, keadaan perekonomian tetap terjaga. Inflasi Turki pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 juga tetap stabil di kisaran 8-9%.

Namun, tak semua negara yang melakukan redenominasi berujung pada keberhasilan seperti Turki.

Buka halaman selanjutnya buat lihat mereka yang gagal>>>>

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebut saja Rusia, Argentina, Zimbabwe, dan Korea Utara yang tercatat gagal melakukan redenominasi. Brasil pun pernah gagal melakukan redenominasi, namun akhirnya berhasil pada tahun 1994.

Kegagalan negara-negara tersebut diakibatkan oleh timing yang tidak pas. Redenominasi yang seharusnya dilakukan dalam kondisi perekonomian yang stabil, justru diterapkan negara-negara tersebut pada saat kondisi perekonomian tidak stabil dan memiliki tingkat inflasi yang tinggi. Salah satu contohnya yakni Rusia. Di sana, redenominasi bahkan dianggap sebagai instrumen tak langsung pemerintah merampok kekayaan rakyat.

Korea Utara memenggal angka nol di mata uang won, dari 100 won menjadi 1 won pada tahun 2009. Kegagalannya ialah stok mata uang baru yang terbatas. Pasalnya, ketika warga hendak menggantikan uang lama won ke uang baru, stok uang baru tidak tersedia.

Keberhasilan Brasil melakukan redenominasi pada tahun 1994 diraihnya dengan mengarungi proses yang cukup lama dan juga kegagalan yang pernah menghampiri. Pada tahun 1986-1989, negara tersebut pernah gagal melakukan redenominasi.

Brasil melakukan penyederhanaan mata uangnya dari cruzeiro menjadi cruzado. Namun, kurs mata uangnya justru terdepresiasi secara tajam terhadap dolar AS hingga mencapai ribuan cruzado untuk setiap dolar AS. Kegagalan ini dikarenakan pemerintah Brasil tidak mampu mengelola inflasi yang pada waktu itu masih mencapai 500% per tahun.


Hide Ads