Bank Indonesia (BI) hari ini akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) bulanan periode Juli. Salah satunya adalah pengumuman suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate.
Dengan kondisi inflasi yang rendah karena permintaan masyarakat yang menurun, kira-kira apa langkah yang diambil BI?
Ekonom PermataBank Josua Pardede memproyeksi BI berpotensi memangkas bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 4%. Josua menjelaskan hal ini sejalan dengan indikator makroekonomi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama tekanan inflasi yang cenderung rendah mengingat inflasi dari sisi permintaan yang cenderung rendah mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat yang menurun tajam.
"Tekanan inflasi yang rendah tersebut terindikasi dari inflasi per Juni yang tercatat <2%. Data-data lainnya yang turut mendukung lemahnya konsumsi rumah tangga adalah penurunan tajam dari indeks kepercayaan konsumen, penjualan eceran, nilai tukar petani, penjualan otomotif yang mengindikasikan konsumsi masyarakat berpotensi mengalami kontraksi," kata dia dalam keterangannya, Kamis (16/7/2020).
Selanjutnya perkembangan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek ini yang cenderung stabil ditunjukkan dengan volatilitas nilai tukar rupiah secara rata-rata menurun yang terindikasi dari one-month implied volatility yang menurun menjadi 11,3% sepanjang Juli ini dari Juni yang yang tercatat di kisaran 12-13%. Penurunan volatilitas rupiah tersebut sejalan dengan penurunan volatilitas di pasar keuangan global.
"Ketiga, defisit transaksi berjalan (CAD) pada kuartal II-2020 diperkirakan tetap rendah dan bahkan lebih rendah dibandingkan CAD pada kuartal I-2020 yang tercatat -1,4% terhadap PDB," jelas dia.
Baca juga: Dihantam Corona, Bank RI Masih Aman? |
Menurut Josua penurunan defisit transaksi berjalan tersebut terindikasi dari surplus neraca perdagangan pada kuartal II-2020 yang tercatat surplus U$ 2,91 miliar, meningkat dari kuartal sebelumnya yang tercatat surplus U$ 2,59 miliar.
Ekspektasi kembali menurunnya defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2020 mengindikasikan bahwa aktivitas investasi serta permintaan domestik yang lemah sehingga mendorong ekspektasi perlambatan ekonomi yang signifikan pada kuartal II-2020.
Berlanjut ke halaman berikutnya.