Pandemi Corona Bikin Asuransi 'Banting Setir' ke Digital

Pandemi Corona Bikin Asuransi 'Banting Setir' ke Digital

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 30 Jul 2020 16:23 WIB
Ilustrasi Asuransi Online
Ilustrasi/Foto: shutterstock
Jakarta -

Penetrasi asuransi di Indonesia masih terhitung rendah. Perusahaan asuransi saat ini memanfaatkan teknologi digital untuk menggaet nasabah. Apalagi dengan kondisi pandemi COVID-19 yang membuat masyarakat tak mudah bertatap muka.

Penawaran dan pemasaran produk asuransi pun kini bisa diakses dengan platform digital. Insurtech yang kita kenal umumnya adalah seperti pemasaran asuransi melalui platform digital.

Penggunaan teknologi ini juga bisa menghemat biaya pemasaran asuransi, sehingga bisa lebih efisien dan efektif untuk perusahaan serta lebih cepat untuk konsumen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Deputi Komisioner Pengawasan IKNB II OJK M. Ihsanuddin menjelaskan saat ini literasi asuransi pertumbuhannya masih lambat, serta densitas dan penetrasi juga masih rendah. Masih kalah dibandingkan pegadaian dan fintech. Ihsanuddin mengatakan, di tengah kondisi ekonomi yang saat ini mengalami kontraksi memang agak sulit untuk memasarkan asuransi.

"Selama ekonomi belum membaik, atau income masyarakat belum pulih, dan industri asuransi belum sehat, tidak mudah memasarkan asuransi. Apalagi dengan model bukan face to face," ujarnya dalam acara InfobankTalkNews Media Discussion bertema "Peluang dan Tantangan Asuransi di Era Digital", Kamis (30/7/2020).

ADVERTISEMENT

Chairman Infobank Institute Eko B. Supriyanto mengatakan, insurtech untuk saat ini baru sebatas potensi, namun memiliki potensi yang sangat besar. "Asuransi akan baik kalau ekonominya baik, namun ekonomi sendiri saat ini masih terkontraksi" ujarnya.

Eko menjelaskan asuransi saat ini masih dibayangi risiko reputasi akibat gagal bayar yang terjadi di beberapa asuransi. Harapannya OJK dapat mengatur lebih prudent industri asuransi ini dengan pendekatan risk.

"Saya berharap OJK sudah mulai membuat beberapa aturan, bukan mengetatkan tetapi memang asuransi harus diatur lebih ketat dan lebih jelas, karena asuransi juga menjaring dana masyarakat," imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Bianto Surodjo, Director & Chief of Partnership Distribution Officer PT Asuransi Allianz Life Indonesia menambahkan, bisnis digital diakui membantu asuransi untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas. Menurutnya, pesatnya perkembangan pada payment system akan diikuti pula oleh asuransi.

"Mungkin Perjalanan asuransi akan mengikuti jejak payment ini, hanya start poinnya saja yang berbeda" jelas dia.

Ia menambahkan, jika ingin berkembang lebih cepat, maka asuransi harus memasukkan ekosistem digital.

"Di Asuransi umum sudah berjalan, menempelkan asuransi perjalanan ke platform perjalanan. Allianz juga sudah memulai menerapkan ini dengan bekerja sama dengan Bukalapak misalnya, untuk menawarkan asuransi kesehatan dan jiwa," jelas dia.

Dengan Indonesia sebagai negara dengan pengguna internet yang besar dan sangat aktif terutama oleh para kaum milenial, insurtech menjadi solusi dalam mendorong penetrasi dan pertumbuhan asuransi di Indonesia. Berdasarkan data OJK, jumlah aset asuransi sampai dengan Mei 2020 mencapai Rp 1.313 triliun, tumbuh 1,43% secara year on year. Pangsanya mencapai 53,02% dari total asset IKNB yang mencapai Rp 2.476 triliun.



Simak Video "Video Menkes soal Nasabah Asuransi Tanggung Biaya 10%: Kalau Bisa Jangan Sakit"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads