Citibank Cetak Laba Bersih Rp 1,4 T

Citibank Cetak Laba Bersih Rp 1,4 T

Vadhia Lidyana - detikFinance
Kamis, 13 Agu 2020 15:46 WIB
Logo Citibank
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Citibank Indonesia melaporkan laba bersih sebesar Rp 1,4 triliun untuk semester I-2020. Citibank juga melaporkan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sebesar 26%. Di samping itu, selama semester pertama 2020, jumlah Dana Pihak Ketiga meningkat sebesar 8,4% menjadi sebesar Rp 59 trilliun.

Tingkat likuiditas bank tersebut juga menunjukkan kinerja yang positif dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang relatif stabil di angka 78,5% serta Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebesar 232%, dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) sebesar 132%.

Selama semester I-2020 itu, Citibank telah meningkatkan cadangan kerugian kredit, karena adanya proyeksi makro ekonomi yang menurun akibat pandemi COVID-19. Namun, bank tersebut tetap menunjukkan kinerja yang positif dengan mencatat Return on Equity 15,5% dan Return on Assets 4%. Selain itu, bank melaporkan NPL Gross dan Net masing-masing sebesar 2,5% dan 0,3%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di tengah situasi akibat pandemi ini, kami berkomitmen untuk terus menjaga tingkat likuiditas perusahaan. Saat ini neraca kami memiliki kapasitas untuk terus melayani serta mendukung kebutuhan finansial dari para nasabah kami. Dengan penekanan yang kuat pada manajemen resiko serta keselamatan dan kesehatan para karyawan serta nasabah, kami siap dengan berbagai kemungkinan skenario yang akan terjadi serta berkomitmen untuk terus melayani dengan memegang prinsip kehati-hatian," kata Chief Executive Officer Citibank N.A., Indonesia Batara Sianturi dalam keterangan resminya, Kamis (13/8/2020).

Dalam kesempatan yang sama, Citi Indonesia Chief Economist Helmi Arman menjelaskan, normalisasi aktivitas ekonomi terus berlanjut di kuartal-III. Sementara itu, rIsiko terjadinya penarikan arus modal portofolio seperti pada kuartal i sudah mengecil. Ia memperkirakan sektor perbankan tetap sehat dan siap dalam melaksanakan program pemulihan ekonomi setelah gelombang restrukturisasi diselesaikan.

ADVERTISEMENT

"Pemulihan ekonomi akan dimulai dengan normalisasi belanja ritel dan bersifat kebutuhan sehari-hari. Normalisasi belanja untuk barang-barang tahan lama yang bernilai besar akan menyusul belakangan, seiring dengan pemulihan tingkat keyakinan konsumen dan membaiknya ketersediaan kredit", jelas Helmi.

Menurutnya, meski perbankan harus melakukan restrukturisasi kredit, rasio permodalan akan tetap terjaga.

"Tentunya restrukturisasi kredit akan mempengaruhi kinerja dan profitabilitas perbankan dalam jangka pendek, namun permodalan tidak akan tergerus secara signifikan. Rasio modal perbankan cukup tinggi ketika memasuki masa pandemi. Perbankan masih akan mampu mendukung perekonomian di masa pemulihan," tutup Helmi.




(zlf/zlf)

Hide Ads