Manajemen PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) atau (BPUI) buka suara soal skema penyelamatan PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Skema yang ditempuh di antaranya melalui pembentukan usaha baru, yaitu IFG Life.
Direktur Utama BPUI Robertus Bilitea menerangkan, pihaknya telah melakukan pembahasan dengan Jiwasraya dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Dari situ, ada tiga opsi penyelamatan Jiwasraya yakni bail out, Kemudian, restrukturisasi, transfer, dan bail in. Selanjutnya, opsi ketiga ialah likuidasi.
"Dari 3 opsi yang selama ini kami diskusikan dalam tim kami memutuskan opsi untuk menyelamatkan dan memberikan perlindungan para pemegang polis di Jiwasraya lewat restrukturisasi, transfer dan, bail in," katanya di Komisi VI DPR RI, Jakarta, Rabu (9/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, opsi ini ditempuh karena memberikan perlindungan kepada pemegang polis. Lalu, memberikan perlindungan dan mitigasi atas gugatan-gugatan hukum yang timbul di kemudian hari.
Selanjutnya, Direktur Bisnis Pantro Pander Silitonga menjelaskan, dalam penyelamatan pemegang polis Jiwasraya ini BPUI atau Indonesia Financial Group (IFG) akan mendirikan asuransi jiwa baru dengan IFG Life. Nantinya, perusahaan baru ini menampung portofolio Jiwasraya yang sudah direstrukturisasi.
"Nanti portofolio Jiwasraya akan dilakukan restrukturisasi artinya produk-produk yang sebelumnya tidak sehat akan diubah term of condition sehingga menjadi lebih sehat dan dilakukan pemotongan manfaat sehingga liabilitiesnya akan berkurang," ujarnya.
Modal IFG Life akan berasal dari sejumlah sumber. Sebutnya, penyertaan modal negara (PMN) Rp 20 triliun. Lalu, BPUI akan mendapat dana dari beberapa sumber lain.
"Kedua BPUI atau IFG akan juga melakukan fund rising menggunakan dividen anak perusahaan kami lainnya sebagai sumber pembayarannya. Fund rising dilakukan sekitar Rp 4,7 triliun," ujarnya.
"Saat ini juga ada rencana divestasi Jiwasraya Putra yang estimasinya menghasilkan Rp 2 triliun. Perlu dicatat kalau sampai investasi tidak terjadi artinya ada Rp 2 triliun yang kita cari sumber pendanaan lainnya," terangnya.
Dia bilang, ada tiga skenario yang dibahas Kementerian BUMN dan Kemenkeu. Dari tiga skenario, skenario yang disetujui ialah restrukturisasi dilakukan 100% dengan pengurangan manfaat sampai 40%. Dari situ, ada equity gap portofolio Jiwasraya sebesar Rp 24,2 triliun. Kemudian, dibutuhkan Rp 500 miliar membuat bisnis baru.
"Kalau kita lihat dari pendanaan yang dibutuhkan dari Rp 24,7 triliun itu Rp 20 triliun dari PMN, Rp 4,7 triliun akan dari BPUI akan melakukan fund rising, sehingga akan menutup Rp 24,7 triliun," paparrnya.
(acd/ara)