Terkena Inflasi dan PBI, Laba Bank Bumiputera Merosot 77%

Terkena Inflasi dan PBI, Laba Bank Bumiputera Merosot 77%

- detikFinance
Kamis, 26 Jan 2006 14:12 WIB
Jakarta - Sepanjang tahun 2005, PT Bank Bumiputera Tbk membukukan laba bersih sebelum pajak yang belum diaudit sebesar Rp 30,179 miliar atau turun sekitar 77,27 persen dibanding tahun sebelumnya Rp 44,784 miliar.Penurunan laba ini disebabkan adanya tambahan pembentukan penyisihan aktiva (PPA) sehubungan dengan penerapan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.7/2/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Selain itu, juga dipicu oleh meningkatnya biaya usaha sehubungan dengan inflasi dan penambahan karyawan baru."Penurunan laba ini menyebabkan Return on Average Equity (ROAE) tahun 2005 turun menjadi 2,23 persen dari 11,71 persen pada Desember 2004," kata Presdir Bank Bumiputera Ghozali Mohd Razad dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Surabaya (BES), Kamis (26/1/2006).Hingga akhir Desember 2005, perseroan telah menyalurkan kredit sebesar Rp 578 miliar atau tumbuh sekitar 22,62 persen menjadi total outstanding loan Rp3,133 triliun.Pertumbuhan kredit ini didominasi oleh kredit konsumer yang naik sekitar 107,93 persen atau mencapai Rp 1,892 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 909,94 miliar. "Ini sesuai dengan focussing segmentasi kredit Bank Bumiputera ke arah consumer banking and retail," ujarnya.Total dana pihak ketiga tahun 2005 tumbuh menjadi Rp 3,887 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 3,051 triliun. Dengan demikian, loan to deposits ratio (LDR) perseroan per Desember 2005 sebesar 80,60 persen.Sementara itu, Bank Bumiputera juga mencatat rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) tahun 2005 sebesar 12,02 persendibanding tahun lalu sebesar 10,16 persen."Dalam rangka memperkuat permodalan, pada Desember 2005 perseroan juga telah melaksanakan right issue yang akan efektif menambah modal pada Januari 2006 ini," katanya.Sementara itu, berkaitan dengan utang obligasi I tahun 2003 yang akan jatuh tempo pada 25 April 2006, perseroan mengaku telah menyiapkan dana untuk melunasinya. Saat ini sisa outstanding obligasi yang harus dilunasi tinggal Rp 99 miliar setelah pada Desember 2005 perseroan melakukan buy back Rp 201 miliar."Dana yang diperlukan untuk melunasi obligasi ini telah tersedia dan dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI)," tambahnya. (ir/)

Hide Ads