Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang terdiri dari BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN memandang penurunan suku bunga bukan merupakan faktor utama pendorong pertumbuhan kredit. Ketua Himbara yang juga merupakan Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan permintaan kredit dapat terkerek apabila konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat meningkat.
"Dengan menggunakan analisa model ekonometrika secara umum, terbukti bahwa pertumbuhan kredit dipengaruhi secara signifikan oleh variabel konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. Oleh karenanya sudah sangat tepat dalam kondisi pandemi ini pemerintah mengeluarkan berbagai stimulus langsung kepada masyarakat," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (7/1/2020).
Pada acara Ngobrol Bareng Pemred dan Himbara di Jakarta Senin (6/1), Sunarso juga memaparkan penurunan suku bunga acuan BI telah diikuti penurunan suku bunga pinjaman. Namun penurunan suku bunga pinjaman tidak diikuti kenaikan pertumbuhan pinjaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita mesti bijaksana untuk melihat cara meningkatkan pertumbuhan kredit, karena turunnya suku bunga tidak tidak selalu bisa mengatrol pertumbuhan kredit," ujar Sunarso.
"Tren penurunan pertumbuhan pinjaman, termasuk Bank Himbara, sejak 2012 terjadi pada saat suku bunga perbankan cenderung turun. Penurunan suku bunga KUR juga tidak mendorong peningkatan agregat pinjaman perbankan, pada tahun 2015 dan 2016 pada saat suku bunga KUR menurun signifikan, loan growth justru menurun sampai di bawah 10%. Jadi kunci demand kredit ada di konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat," jelasnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, peran Himbara dalam agenda pembangunan nasional tidak hanya terbatas pada penyaluran kredit semata. Himbara juga mengambil peran dalam kaitannya pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan juga penyaluran bantuan sosial yang digulirkan oleh pemerintah.
Menjalankan peran sebagai agent of development, Himbara sebagai entitas bisnis tidak hanya bertugas untuk menciptakan 'Economic Value' tetapi juga 'Social Value' kepada seluruh stakeholders.
Sunarso menjelaskan Himbara juga akan menjadi mitra utama pemerintah dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi. Salah satu strateginya yakni fokus pada strategi peningkatan daya beli masyarakat sebagai kunci pertumbuhan kredit atau business follow stimulus. Selain itu masing-masing bank anggota Himbara akan fokus pada pertumbuhan kredit sesuai dengan core business-nya.
"Kita harus bisa menyalurkan cashflow ke masyarakat, melalui penyaluran stimulus dan dengan memberikan lapangan pekerjaan. Untuk itu, proyek-proyek infrastruktur yang memiliki paling banyak multiplier effects dan mempekerjakan banyak orang tidak boleh berhenti," ujarnya.
"Selain itu, perlu ada perubahan regulasi agar piutang Bank Himbara tidak dikategorikan sebagai piutang negara agar Bank Himbara bisa lebih lincah dalam menyelesaikan permasalahan tersebut secara Good Corporate Governance (GCG) dan jutaan UMKM bisa kembali mendapatkan akses untuk memperoleh kredit dari perbankan," tutup Sunarso.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyebut biaya dana (Cost of Fund-CoF) Himbara saat ini belum bisa rendah karena portofolio pendanaan bank-bank milik negara masih memiliki porsi dana mahal yang relatif besar. Ke depannya, perlu ada diversifikasi jenis pendanaan yang dilakukan Himbara, khususnya jenis simpanan dana murah untuk menekan tingkat biaya dana.
"Kalau dilihat, rasio CASA (dana murah) di salah satu bank swasta nasional sudah di atas 70%, sementara di kami mungkin kisaran 65% sampai mendekati 70%. Ke depan, kita harus melihat bagaimana Himbara menumbuhkan CASA rasionya," ujar Darmawan.
Berkaca dengan kondisi yang ada, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar memprediksi pertumbuhan kredit industri perbankan di Indonesia dalam kurun 6 bulan ke depan kemungkinan akan ada di kisaran maksimal 5%.
"Saya yakin perbankan sekarang melihatnya lebih banyak ke (proyeksi) jangka pendek, belum melihat setahun penuh. Dalam 6 bulan ke depan saya yakin ini (pertumbuhan kredit) semua rata-rata tertinggi 5%," ujarnya.
"Industri saat ini dalam proses recovery, sehingga masih membutuhkan waktu. Nanti kalau ekonomi membaik dan daya beli menengah atas pulih pasti kami akan genjot (untuk mencapai pertumbuhan) double digit. Namun sekarang semua pasti akan lihat lebih pendek, periode 3-6 bulan," imbuh Royke.
Sementara itu, Plt. Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengungkapkan BTN terus berinovasi untuk meningkatkan CASA. Sebab kredit di BTN panjang, yang mana tenor KPR bahkan ada yang 25 tahun dan average maturity-nya rata-rata di atas 10 tahun.
"Masalahnya, dananya kalau mengandalkan DPK relatif pendek-pendek. Kemudian dalam isu CASA, benar bahwa deposito kami masih paling banyak. Belakangan kami mulai masuk ke arah perbaikan strategi CASA dan transaksi," tambah Nixon.
Sebagai informasi, saat ini Himbara telah mendominasi market share bank umum nasional baik dari segi aset, pinjaman dan simpanan. Tercatat market share Himbara untuk aset sebesar 41,59%, pinjaman 43,54%, dan simpanan 43,46%.
(fhs/ega)