PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI membukukan laba bersih Rp 18,66 triliun di tahun 2020. Pada tahun 2019, BRI mencatat laba sebesar Rp 34,41 triliun, dengan demikian laba BRI turun Rp 15,75 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, laba mengalami penurunan karena perusahaan melakukan pencadangan yang cukup besar.
"Laba BRI Rp 18,66 triliun memang menurun dibanding tahun lalu karena mencadangkan cukup besar," katanya dalam teleconference, Jumat (29/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, BRI menyalurkan kredit sebesar Rp 938,37%. Kredit tersebut tumbuh sebesar 3,89% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 903,20 triliun.
Kemudian, BRI menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 1.121,10 triliun. DPK mengalami pertumbuhan 9,78% dibanding periode sama tahun lalu Rp 1.021,0 triliun.
"DPK BRI mencapai Rp 1.121,1 triliun atau naik sebesar 9,78%," katanya.
Non performing loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah BRI tercatat 2,99%. BRI juga melakukan pencadangan atau NPL coverage 237,73%.
"NPL 2,99% di mana NPL tersebut cukup aman kami cadangkan sampai menacpai 237,73%," katanya.
Selanjutnya, BRI membukukan aset sebesar Rp 1.511,81 triliun. "Aset BRI tumbuh untuk pertama kalinya tumbuh di atas Rp 1.500 triliun tepatnya Rp 1.511,81 triliun," katanya.
(acd/ara)