Sebelumnya Perry menyinggung bunga kredit perbankan yang masih tinggi. Padahal BI sudah jauh menurunkan suku bunga acuan BI 7 day reverse repo rate.
"Penurunan suku bunga kebijakan moneter dan longgarnya likuiditas mendorong suku bunga terus menurun, meskipun penurunan suku bunga kredit perbankan perlu terus didorong," kata Perry dalam pengumuman hasil RDG Bulanan secara virtual, Kamis (18/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perry menjelaskan sepanjang 2020 suku bunga acuan BI sudah turun sebanyak 125 bps dan mendorong rendahnya rata-rata suku bunga PUAB overnight sekitar 3,04%. Suku bunga deposito 1 bulan juga telah menurun sebesar 181 bps ke level 4,27% pada Desember 2020.
Namun demikian, penurunan suku bunga kredit masih cenderung terbatas, yaitu hanya sebesar 83 bps ke level 9,70% selama tahun 2020. Menurut Perry lambatnya penurunan suku bunga kredit disebabkan masih tingginya suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan.
"Selama tahun 2020, di tengah penurunan suku bunga kebijakan BI7DRR dan deposito 1 bulan, SBDK perbankan baru turun sebesar 75 bps menjadi 10,11%. Hal ini menyebabkan tingginya spread SBDK dengan suku bunga BI7DRR dan deposito 1 bulan masing-masing sebesar 6,36% dan 5,84%," terangnya.
Nah dari kelompok perbankan yang ada ternyata SBDK yang paling tinggi ada di bank-bank BUMN sebesar 10,79%. Kemudian diikuti oleh BPD 9,80%, bank umum swasta nasional 9,67%. Sementara SBDK paling rendah adalah kantor cabang bank asing 6,17%.
(das/ara)