Sejumlah bank BUMN sudah menurunkan tingkat suku bunga dasar kredit (SBDK). Penurunan suku bunga kredit dilakukan seiring dengan rendahnya suku bunga acuan di Bank Indonesia (BI) yang sudah berada di level terendah yakni 3,5%.
Lalu, apakah turunnya bunga kredit bisa dongkrak pertumbuhan kredit?
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Sunarso mengungkapkan pada 2015 tingkat suku bunga kredit usaha rakyat (KUR) berada di level 22%. Namun pertumbuhan kredit nasional selalu double digit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian setelah 2015 bunga KUR dari 22% turun ke 15% bahkan disubsidi jadi rakyat hanya bayar 7%. Ternyata data kredit masih rendah dan tidak mencapai double digit.
"Hanya sekali sempat double digit di 2018. Kalau gitu boleh dong disimpulkan, interest rate tidak serta merta mendorong kredit. Atau penurunan bunga bukan satu-satunya faktor untuk menurunkan kredit," kata dia dalam acara diskusi virtual, Kamis (4/3/2021).
Sunarso mengungkapkan cara yang paling tepat untuk mendorong kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat harus ditingkatkan.
Menurut dia ada lagi beberapa cara untuk mendorong hal tersebut seperti mendorong peningkatan pendapatan untuk belanja, pembukaan lapangan kerja, penyaluran stimulus, memberikan rancangan konsumsi rumah tangga, insentif PPnBM 0% yang ditanggung pemerintah, loan to value (LTV) yang besar.
"Bauran kebijakan diperlukan untuk pertumbuhan kredit dalam rangka pertumbuhan ekonomi nasional," jelas dia.
Menurut Sunarso, untuk pemulihan ekonomi ini membutuhkan stimulus yang bekerja sebagai infus pada tubuh manusia. "Pertanyaannya, sampai berapa lama cadangan infus ini bisa diberikan? Dan paling penting memulihkan tidak mengandalkan infus lagi," ujarnya.
Simak juga video 'Bank Tawarkan Bunga Tinggi, Hati-hati Tak Dicover LPS':