Mau Jual Produk ke Luar Negeri Tapi Nggak Punya Modal, Nih Solusinya

Mau Jual Produk ke Luar Negeri Tapi Nggak Punya Modal, Nih Solusinya

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 20 Apr 2021 12:53 WIB
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2/2020). Selama Januari 2020, ekspor nonmigas ke China mengalami penurunan USD 211,9 juta atau turun 9,15 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Sementara secara tahunan masih menunjukkan pertumbuhan 21,77 persen (yoy).
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Menembus pasar ekspor tentu menjadi impian bagi banyak pelaku UMKM. Namun seringkali ketika produknya sudah berorientasi ekspor, pelaku UMKM justru terhalang permasalahan modal.

Sebenarnya ada beberapa lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas pembiayaan bagi UMKM yang mau melakukan ekspor. Salah satunya adalah Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank.

Saat ini pembiayaan LPEI kepada UMKM untuk ekspor mencapai Rp 14,1 triliun yang tersebar di 27 provinsi. Namun porsi pembiayaan UMKM di LPEI itu masih kecil yakni 16%, sisanya korporasi besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi ada arahan dari pemegang saham dalam hal ini Menteri Keuangan, bahwa di 2021-2025 portofolio pembiayaan UMKM akan tumbuh sampai 35%," kata Head Of Advisory Services Division LPEI Gerald Grisanto dalam acara Konferensi 500K Eksportir Baru secara virtual, Selasa (20/4/2021).

Untuk pembiayaan ekspor untuk UMKM sendiri LPEI punya 3 penugasan khusus ekspor (PKE) yang menjadi produk pembiayaan yang bisa dimanfaatkan UMKM yang ingin ekspor.

Pertama ada PKE UMKM yang merupakan pemberian modal kerja dan investasi. Suku bunganya 6% yang sudah mencakup biaya-biaya lainnya. Pinjamannya dalam program ini berkisar Rp 500 juta sampai Rp 15 miliar. Program ini memiliki jangka waktu sampai 31 Desember 2025.

ADVERTISEMENT

"Itu sudah termasuk asuransi piutang dagang. Jadi piutang dagangnya sudah tercover melalui 6% itu," terangnya.

Kedua PKE Trade Finance yang diberikan khusus untuk pelaku usaha yang terdampak pandemi COVID-19. Suku bunganya dibedakan berdasarkan mata uang pinjaman. Untuk rupiah 6%, sedangkan dolar AS 2,5%. Namun pinjaman produk ini dibatasi berdasarkan komoditasnya yakni produk karet, kopi speciality, furniture, produk alas kaki, makanan olahan, tekstil dan produk tektil.

Ketiga, PKE Kawasan yang memberikan suku bunga berdasarkan suku bunga SBN -2% atau saat ini 4,5%-6%. Sedangkan suku bunga dalam bentuk dolar AS 1,5%-3%. Tapi ada syaratnya, ekspornya harus ke kawasan Afrika, Asia Selatan dan Timur tengah.

Melalui bank BUMN juga bisa lho, cek di halaman selanjutnya.

BNI juga menyediakan pembiayaan untuk UMKM yang ingin melakukan ekspor. Suku bunga yang ditawarkan 6%-8,75%. Namun biaya transaksi trade finance diskon up to 50%. Untuk persyaratan agunan minimal 30%, sisanya 70% ditutup penjaminan kredit.

Pemimpin Divisi Internasional BNI, Legendaria menjelaskan BNI mendukung UMKM untuk ekspor dengan memanfaatkan jaringan cabang internasionalnya yang saat ini ada di 6 negara.

"Ini akan memudahkan pemasaran produk dengan mengikutsertakan UMKM misalnya dalam trade expo. Bahkan cabang-cabang kami di luar negeri jadi galeri UMKM. BNI di Hong Kong, Singapura, Seoul itu menyediakan area khusus display produk-produk UMKM yang berorientasi ekspor," ucapnya.

Tidak hanya itu, BNI juga bisa memanfaatkan database nasabahnya di luar negeri untuk dijodohkan kepada nasabah UMKM di dalam negeri yang ingin melakukan ekspor.



Simak Video "Bikin Laper: Mencoba Dendeng hingga Rendang Vegetarian"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads