Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriyah, jasa penukaran uang 'inang-inang' ramai berjejer di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat.
Setidaknya, ada 10-15 inang-inang yang menawarkan penukaran uang kertas baru pecahan kecil mulai dari Rp 1.000 sampai Rp 20.000 yang biasa diincar untuk bagi-bagi THR.
Dari pantauan detikcom, Sabtu (8/5/2021), beberapa inang-inang di kawasan Kota Tua itu juga menawarkan penukaran uang peringatan kemerdekaan (UPK) Rp 75.000.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menukarkan uang Rp 75.000, masyarakat dikenakan biaya Rp 10.000 oleh inang-inang.
"Kalau nukar ke bank kan antre, ke sini cepat. Saya kan juga tukar ke bank bayar," kata Pasaribu, seorang inang-inang yang membuka jasa penukaran uang di area tersebut ketika ditemui detikcom.
Menjelang Lebaran ini, dalam sehari ia bisa mendapat 8 pelanggan yang menukar uang Rp 75.000.
"Lebaran ini banyak yang tukar uang Rp 75.000, sehari sekitar 8 orang. Kalau ditotalkan banyak yang tukar, sudah lebih dari 100 lembar karena saya buka setiap hari," terang Pasaribu.
Berbeda dengan Pasaribu, seorang inang-inang yang juga membuka jasa penukaran uang Rp 75.000 di kawasan tersebut yang bernama Harahap mengaku sepi peminat.
"Penukaran uang Rp 75.000 nggak begitu banyak yang minat. Karena mereka kan nggak pulang ke kampung. Kalau dibeliin di sini ya nggak semua mereka mau tukar," jelas Harahap.
1. Ada Larangan Mudik, Omzet Inang-inang di Kota Tua Anjlok
Larangan mudik Lebaran 6-17 Mei ternyata berdampak pada jasa penukaran uang 'inang-inang'. Harahap mengaku, pendapatannya anjlok akibat larangan mudik.
Pasalnya, penukaran uang biasanya ramai ketika masyarakat hendak mudik, dan mau membagikan THR kepada kerabat di kampung halaman.
"Pendapatan saya turun 50% kalau dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebelum Corona, sehari bisa dapat Rp 400.000-500.000. Sekarang ya hanya sekitar Rp 200.000-300.000," ungkap Harahap.
Tak hanya Harahap, inang-inang lain bernama Manik yang juga membuka jasa penukaran uang di area tersebut juga mengalami penurunan omzet yang signifikan.
"Sepi banget ya. Karena ada larangan mudik. Biasanya ramai kalau mau mudik, mereka pada nukar," jelas Manik.
Ia yang sudah membuka lapak selama 2 jam, sejak pukul 13.00-15.00 WIB kemarin hanya mendapatkan 2 penukar. "Saya dari jam 13.00 WIB, baru 2 orang tukar," ujar Manik.
Senada dengan keduanya, Pasaribu yang sudah membuka jasa penukaran uang selama 40 tahun di kawasan Kota Tua mengatakan, larangan mudik membuat jumlah orang yang menukar uang turun drastis.
"Sepi 3 hari ini selama nggak ada mudik. Kalau biasanya (ada mudik) ramai," tandas Pasaribu.
(vdl/dna)