Bank digital saat ini memang sedang naik daun karena disebut-sebut sebagai the next generation layanan perbankan. Banyak kemudahan dan kenyamanan yang akan didapatkan oleh nasabah ketika menggunakan layanan bank digital ini.
Namun selain kenyamanan ada juga risiko yang mengintai dan harus diwaspadai supaya nasabah tak menjadi korban kejahatan perbankan digital ini. Pengamat IT sekaligus Chief Digital Forensic Indonesia, Ruby Alamsyah mengungkapkan sebelum menjadi nasabah bank digital, masyarakat harus memahami jika semua transaksi full dilakukan tanpa kantor cabang.
"Konsepnya rekening bank ini semuanya diakses secara online, termasuk data pribadi kita yang digunakan," kata dia saat dihubungi detikcom, Sabtu (7/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ruby mengungkapkan, saat ini banyak orang salah kaprah ketika menggunakan bank digital. Misalnya dengan tidak memperhatikan keamanan diri sendiri.
"Jadi kesadaran akan keamanannya rendah, sehingga lebih mudah menjadi korban pembobolan rekening," ujar dia.
Dia mengungkapkan modus yang digunakan oleh penipu kepada nasabah bank digital ini sebenarnya hampir mirip dengan modus yang digunakan pada perbankan konvensional.
Misalnya dengan pendekatan social engineering. Contohnya penipu akan menghubungi calon korban melalui telepon dan akan merayu atau meyakinkan jika calon korban ini harus menyerahkan data pribadinya.
"Kadang penipu mengiming-imingi hadiah, atau meyakinkan calon korban kalau nggak kasih data nih nanti rekeningnya nggak bisa dipakai. Banyak lah cara mereka," imbuh dia.
Menurut dia hal ini membuat nasabah takut dan jika kurang teliti maka bisa dengan mudah menyebutkan data-datanya. "Jadi bikin orang takut dulu, itu ciri social engineering atau tipu menipu," imbuh dia.
Ruby mengungkapkan, nasabah harus teliti jika memang mendapatkan telepon dari orang yang mengaku pihak bank. Jangan langsung percaya, bisa langsung mengecek dengan menelepon customer service bank yang digunakan.