Pemerintahan Taliban di Afghanistan menghadapi ancaman yang pasti akan segera terjadi. Sistem perbankan negara itu di ambang kehancuran.
Hampir dua minggu setelah Taliban merebut kekuasaan, bank-bank Afghanistan tutup. Hal itu membuat banyak orang di Afghanistan tidak memiliki akses untuk mendapatkan uang tunai.
"Tidak ada yang punya uang," kata seorang pegawai bank sentral Afghanistan dilansir dari CNN, Minggu (29/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pegawai yang enggan menyebutkan namanya itu khawatir akan keselamatan mereka. Dia mengatakan banyak keluarga tidak memiliki cukup uang untuk pengeluaran harian mereka. Apalagi beberapa gaji dati pegawai tak dibayarkan.
Kondisi ini menimbulkan momok krisis ekonomi dan kemanusiaan yang parah di Afghanistan yang terjadi hanya beberapa minggu setelah Taliban menguasai negara tersebut.
Kendala utamanya adalah karena ekonomi Afghanistan sangat bergantung pada akses ke mata uang asing dan bantuan internasional yang sebagian besar telah diblokir sejak jatuhnya Kabul. Bantuan hibah membiayai 75% pengeluaran publik Afghanistan, menurut Bank Dunia.
Bank-bank Afghanistan masih tutup, beberapa hari setelah Taliban menguasai dan layanan lainnya untuk dibuka kembali, karena mereka hampir kehabisan uang.
"Anda punya setumpuk kartu yang akan segera turun. Begitu Anda membuka bank, itu akan terlihat betapa rapuhnya sistem ini," kata seseorang yang akrab dengan situasi ekonomi Afghanistan kepada CNN.
Industri perbankan Afghanistan juga terancam mengalami kehancuran total.
"Afghanistan dan sektor perbankannya berada pada 'titik nyala eksistensial' di mana keruntuhan sektor perbankan sudah dekat," bunyi memo 23 Agustus yang dikirim oleh Kamar Dagang Afghanistan-Amerika.
Memo itu ditulis oleh kelompok kerja perbankan dan keuangan yang terdiri dari bank-bank komersial utama Afghanistan, nasabah dan investor.
Bank sentral Afghanistan sebagai landasan sistem keuangannya, tampaknya berada dalam kekacauan. Banyak karyawan bank sentral Afghanistan saat ini tidak diizinkan kembali ke kantor sejak Taliban mengambil alih kekuasaan, kata sumber bank sentral Afghanistan kepada CNN.
"Rekan kerja saya khawatir dengan nasib mereka yang tidak jelas," kata sumber itu.
Kelompok perbankan Afghanistan mengatakan telah memutuskan untuk menutup semua bank di seluruh negara itu pada 15 Agustus dan belum dibuka kembali karena takut terjadinya penarikan uang besar-besaran.
Faktor lain yang dikutip dalam memo 23 Agustus itu adalah fakta bahwa Taliban tidak menunjuk seorang gubernur bank sentral yang baru. Kemudian pada hari itu, Taliban menunjuk Haiji Mohammad Idris, sebagai penjabat gubernur bank sentral.
Hanya sedikit informasi yang diketahui tentang kepala bank sentral yang baru itu. Namun dia tampaknya loyalis Taliban dan tidak memiliki pengalaman.
(das/dna)