2. Berselisih dengan Prancis
Di tahun 2020 lalu, Turki sempat berselisih dengan Prancis. Hal itu terjadi setelah Erdogan menggaungkan boikot produk Prancis imbas dari pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyatakan akan bertindak keras kepada Islam radikal hingga menyebut Islam dalam krisis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mata uang Turki saat itu terpantau anjlok sampai ke level 8,15 Lira per Dolar AS. Investor kala itu khawatir atas ekonomi Turki di tengah pandemi COVID-19 dan ketegangan antara Turki dan Prancis.
Belum lagi saat itu keadaan ekonomi Turki juga kian melemah saat ini, inflasi negara itu melonjak 11,7 % bulan lalu.
Bahkan bank central Central Bank of the Republic of Turkey menolak kenaikan suku bunga utama Turki. Padahal kenaikan suku bunga dapat mengurangi inflasi dan mendorong investor untuk membeli Lira.
3. Usir 10 Dubes
Paling terkini, langkah politik Erdogan mengusir 10 dubes asing dari negaranya kembali melemahkan mata uang Turki. Sabtu lalu, Erdogan telah memerintahkan kementerian luar negeri untuk mengusir para duta besar karena menuntut pembebasan pengusaha dan filantropis Osman Kavala.
Osman Kavala disebut telah ditahan di penjara selama empat tahun tanpa dinyatakan bersalah. AS dan beberapa negara barat memberikan dukungan kepada Osman agar diberikan keadilan, imbasnya dubes di Turki malah diusir.
Langkah politik ini membuat Lira melemah dan mencapai rekor terendah sepanjang masa di level 9,75 Lira per Dolar AS. Melemah dari penutupan perdagangan di hari Jumat di level 9,59 Lira per Dolar AS. Lira sendiri telah melemah hampir 24% sepanjang tahun ini.
Di sisi lain, Bank Sentral Turki (CBRT) pun baru saja memangkas suku bunganya sebanyak 200 basis poin di saat inflasi meningkat. Langkah itu mengejutkan dan dinilai semborono oleh ekonom dan anggota parlemen oposisi.
(hal/fdl)