Situasi pandemi menjadi ujian yang luar biasa bagi perusahaan mana pun di dunia. Di Indonesia, kasus positif COVID-19 sempat mengalami lonjakan signifikan di pertengahan tahun 2021.
Hal ini membuat pemerintah terpaksa memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), mulai dari level 1 hingga level 4. Tentunya kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri, tak terkecuali bagi sektor perbankan.
Namun, di tengah situasi krisis nyatanya masih ada perusahaan yang tetap tumbuh dan bangkit dari tekanan akibat pandemi COVID-19. Seperti halnya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) yang bahkan berhasil mencatat kinerja positif dengan laba bersih sebesar Rp 7,75 triliun per kuartal III di 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka ini meningkat 79,33% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 4,32 triliun. Pertumbuhan laba ini utamanya berasal dari pertumbuhan Fee Based Income (FBI) dan Net Interest Income masing-masing sebesar 16,8% dan 17,6% secara Year on Year (YoY).
Keberhasilan tersebut mengantarkan Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar hingga menyabet 2 penghargaan atas Lifetime Achievement Award in Banking Industry dari CNBC Indonesia dan Top 100 CEO 2021 Infobank.
Royke mengatakan jumlah FBI yang tumbuh selama pandemi tidak lepas dari upaya percepatan transformasi digital BNI di semua lini pelayanan. Transformasi digital ini dilakukan untuk meningkatkan kapabilitas transactional banking, termasuk berkolaborasi dengan fintech dan e-commerce, seperti Traveloka dan Shopee.
Diketahui selain bisnis Pay Later, sejak pertengahan September 2021 BNI memperluas kerja sama dengan Traveloka melalui peluncuran Pay Later Virtual Card pertama di Indonesia. Selain itu BNI juga mendigitalisasi platform bisnis perusahaan, pengembangan produk-produk digital, serta memperkuat ekosistem digital dengan API Open Banking.
"Saat ini, BNI adalah bank yang unggul dalam pengembangan API Open Banking dengan 283 jenis layanan dan sudah digunakan oleh 4.000 clients," ujar Royke.
Sementara itu, Direktur IT & Operasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), Y.B Hariantono menambahkan pihaknya juga terus menggencarkan pengembangan layanan digital di bisnis internasional melalui kantor cabang luar negeri (KCLN) BNI.
Menurutnya hingga saat ini, BNI sudah memiliki cakupan operasional KCLN di 6 negara, seperti Hong Kong, Seoul - Korea Selatan, Osaka dan Tokyo - Jepang, New York - Amerika Serikat, London - Inggris serta dua remittance center di Singapura. Meski saat ini layanan operasional KCLN di 6 negara tersebut masih terbatas bagi customer yang mempunyai bisnis di negara tersebut. Namun, dia menyebut BNI akan mendorong digitalisasi layanan dengan memodernisasi core sistem di masing-masing negara.
"Yang kita lakukan modernisasi core sistemnya, akan terhubung dengan channel digital di platform kita, sehingga layanan akan berbasis digital," kata Hariantono.
Dikatakannya, untuk menggenjot layanan digital KCLN BNI, perseroan akan menyasar segmen konsumer maupun korporasi. Utamanya bagi perusahaan Indonesia yang sudah mempunyai bisnis internasional di negara yang ada KCLN, BNI akan memfasilitasi layanan baik untuk transaksi ekspor maupun impor. Selanjutnya, menyasar perusahaan Small, Medium, Enterprise (SME) perusahaan Indonesia yang berbasis ekspor.
"Kami senantiasa berupaya proaktif untuk memberi kemudahan dan dukungan kepada pelaku UMKM untuk melakukan ekspor. Ini merupakan salah satu tugas kami sebagai global bank dalam mendorong lebih banyak lagi pelaku UMKM go International" imbuhnya.
Sedangkan untuk di segmen konsumen, BNI juga memfasilitasi para pekerja Indonesia yang memerlukan layanan remitansi maupun diaspora Indonesia yang punya bisnis lokal. "Kita ingin fasilitasi bisa lakukan layanan perbankan dengan kita," tandasnya.
(ega/ara)