Apa Saja yang Berubah saat The Fed Naikkan Bunga Acuan Lagi?

Apa Saja yang Berubah saat The Fed Naikkan Bunga Acuan Lagi?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 28 Jan 2022 09:55 WIB
Jerome Powell
Foto: Dok. Reuters
Jakarta -

Setelah menurunkan suku bunga menjadi nol pada Maret 2020 demi menghidupkan kembali perekonomian, Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve kini berencana untuk menaikkan suku bunga. Kebijakan ini ditempuh demi memerangi angka inflasi yang tinggi di negeri Paman Sam.

The Fed mengindikasikan akan menaikkan suku bunga pada Maret mendatang. Bank sentral berencana meluncurkan serangkaian kenaikan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2015.

Dengan begitu, orang Amerika akan merasakan beberapa perubahan pada sektor perbankan dan keuangan dengan adanya kebijakan ini. Salah satunya adalah tidak ada lagi pinjaman gratis tanpa bunga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk mendapatkan uang di bank tidak akan lagi gratis," kata Joe Brusuelas, kepala ekonom di RSM US, dilansir dari CNN, Jumat (28/1/2022).

Lalu, apa saja perubahan yang bakal terjadi dengan adanya kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat?

ADVERTISEMENT

Biaya Pinjaman Naik

Setiap kali The Fed menaikkan suku bunga hal itu akan membuat biaya lebih mahal untuk pinjaman bank. Artinya, biaya bunga yang lebih tinggi untuk kredit perumahan, kredit pendidikan, kredit kendaraan, hingga pemakaian kartu kredit personal. Pinjaman untuk usaha juga akan lebih mahal, baik untuk usaha besar dan kecil.

Perubahan paling nyata terlihat pada pinjaman hipotek, di mana ekspektasi kenaikan suku bunga telah mendorong bunga pinjaman yang meroket.

Tingkat rata-rata untuk suku bunga hipotek tetap 30 tahun baru-baru ini mencapai 3,55%, itu menjadi level tertinggi sejak Maret 2020. Jumlah itu naik tajam dari hanya 3,05% pada 23 Desember.

Suku bunga perumahan yang lebih tinggi juga dinilai akan membuat lebih sulit untuk membeli rumah yang harganya meroket selama COVID-19 di AS. Permintaan yang lebih lemah juga dapat mendinginkan harga, yang mulai melambat dalam beberapa bulan terakhir.

Lihat juga video 'Bank Tawarkan Bunga Tinggi, Hati-hati Tak Dicover LPS':

[Gambas:Video 20detik]



Tabungan Berbunga Lagi

Suku bunga 0% telah menjadi momok untuk uang yang ditabung di bank. Semua simpanan di tabungan, sertifikat deposito (CD), dan rekening pasar uang hampir tidak menghasilkan apa-apa selama COVID-19.

Nah kabar baiknya adalah apabila suku bunga ini akan naik, uang yang ditabung di bank akan mulai mendapatkan bunga lagi. Artinya, tabungan bakal kembali menghasilkan uang.

Tapi hal itu tetap butuh waktu, dalam banyak kasus, terutama dengan rekening tradisional di bank-bank besar, dampak kenaikan suku bunga terhadap bunga bank tidak akan terasa dalam semalam. Bahkan setelah beberapa kali kenaikan suku bunga, tingkat tabungan masih akan sangat rendah.

Penyesuaian di Pasar Saham

Suku bunga 0% berpengaruh luar biasa untuk pasar saham. Kebijakan itu menekan suku bunga obligasi pemerintah, yang pada dasarnya memaksa investor untuk bertaruh pada aset berisiko seperti saham.

Suku bunga yang lebih tinggi juga bisa menjadi tantangan bagi pasar saham. Pasar telah mengalami volatilitas yang signifikan di tengah kekhawatiran tentang rencana The Fed untuk melawan inflasi.

Kembali lagi semua tergantung pada seberapa cepat The Fed menaikkan suku bunga dan bagaimana kinerja ekonomi disertai laba perusahaan yang mendasarinya. Paling tidak, kenaikan suku bunga berarti pasar saham akan menghadapi lebih banyak persaingan ke depan dari obligasi pemerintah yang membosankan.

Inflasi

Tujuan dari kenaikan suku bunga The Fed adalah untuk mengendalikan inflasi. Tingkat kenaikan harga konsumen di AS melonjak sebesar 7% pada bulan Desember dari tahun sebelumnya. Angka inflasi jauh dari target Fed sebesar 2%.

Tingginya biaya hidup menyebabkan penderitaan bagi jutaan orang Amerika dan berkontribusi secara signifikan terhadap tingkat kepercayaan konsumen yang relatif rendah.

Namun akan butuh waktu bagi kenaikan suku bunga Fed untuk mulai mengurangi inflasi. Belum lagi kenaikan harga juga terjadi karena adanya kekacauan rantai pasok global. Harga-harga barang semakin tinggi karena permintaan yang kuat tak diiringi pasokan yang cepat.

Halaman 2 dari 2
(hal/eds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads