Bank sentral Amerika (AS) The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan. Selain itu bank sentral juga akan mengakhiri pembelian aset pada Maret.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan jika normalisasi kebijakan bank sentral AS akan menjadi tantangan untuk pemulihan ekonomi negara berkembang termasuk Indonesia.
"Untuk negara berkembang termasuk Indonesia ini akan menjadi tantangan. Karena itu kita perlu memperkuat stabilitas untuk menahan dampak dari global," kata dia dalam acara Annual Investment Forum 2022, Kamis (27/1/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan BI terus melakukan assessment dari dampak normalisasi kebijakan tersebut. Perry memproyeksi Fed mulai mengerek FFR pada Maret dan akan naik hingga 4 kali sepanjang 2022.
Karena itu dibutuhkan koordinasi yang erat antara BI, pemerintah yakni Kementerian Keuangan untuk menjaga yield differential dan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) menjadi tetap menarik.
Dengan naiknya FFR ini imbal hasil US Treasury ini diproyeksi naik hingga 2,2% bahkan berpotensi meningkat hingga 2,5%. Nah kondisi ini bisa membuat portofolio asing di negara berkembang pindah ke negara tersebut.
Saat ini BI menempuh kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas. Suku bunga acuan BI tetap dijaga pada level rendah hingga adanya tanda kenaikan inflasi.