Jelang Lebaran biasanya banyak jasa penukaran uang receh di pinggir jalan yang biasa disebut 'inang-inang'. Bank Indonesia (BI) mengimbau masyarakat tidak menukarkan uang pecahan di tempat tidak resmi tersebut.
Kepala Departemen Pengelolaan Uang (DPU) BI Marlison Hakim mengajak masyarakat untuk menukarkan uang pecahan di layanan kas keliling BI atau perbankan yang tersebar di berbagai titik di Indonesia. Pasalnya jumlah dan keasliannya lebih pasti dibanding menukar di inang-inang.
"Memang penjaja uang ini memanfaatkan kesempatan masyarakat yang ingin cepat mendapatkan uang-uang baru tersebut. Tapi kami mengimbau tukarlah di Bank Indonesia, di perbankan karena pasti jumlahnya dan pasti keasliannya," kata Marlison dalam konferensi pers virtual, Senin (4/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski rawan peredaran uang palsu, Marlison mengaku tidak bisa melarang jasa inang-inang tersebut. Sebagai antisipasi, pihaknya bekerja sama dengan dinas terkait untuk melakukan pembatasan penjaja uang tersebut.
"Kami bekerja sama dengan pihak terkait; kepolisian, kejaksaan, kehakiman, BIN untuk bersama-sama melakukan tindakan pencegahan dalam uang palsu," imbuhnya.
Marlison mengklaim jumlah peredaran uang palsu dari tahun ke tahun terus menurun. Hal itu dilihat dari indikator jumlah uang palsu yang ditemukan dalam Rp 1 juta lembar.
"Dalam 3 tahun yang lalu itu rata-rata yang kita temukan 9 lembar, sejak 2 tahun lalu menurun menjadi 5 lembar dan tahun lalu turun lagi jadi 4 lembar dalam Rp 1 juta. Tahun ini pun sampai triwulan I baru ditemukan 1 lembar dalam Rp 1 juta uang yang beredar," ungkapnya.
Menurunnya tren peredaran uang palsu disebut karena kegiatan pencegahan yang terus dilakukan melalui edukasi. Di sisi lain, masyarakat juga semakin memahami keaslian rupiah.
"Kalau ditanya bagaimana mengantisipasi (peredaran uang palsu), terus kita lakukan edukasi, yang lebih penting lagi kualitas uang semakin kita tingkatkan," tandasnya.
(aid/das)