Bank diprediksi bisa menaikkan suku bunga kredit tahun ini. Pemicunya antara lain mulai dari risiko pengetatan likuiditas sampai ketidakpastian ekonomi.
Direktur CELIOS Bhima Yudhistira Adhinegara menilai pertimbangan bank menaikkan bunga kredit antara lain lantaran khawatir terjadinya risiko pengetatan likuiditas sepanjang semester kedua tahun ini akibat perebutan dana antara penerbitan SBN dan deposito.
"Jika suku bunga acuan naik, akan picu beralihnya investor ke surat utang pemerintah," kata Bhima saat dihubungi, Sabtu (28/5/2022).
Dengan jarak yang lebar antar SBN dan deposito akhirnya membuat bank berkejaran dengan mengerek suku bunga. Selain itu, angka inflasi mulai mengindikasikan kenaikan baik inflasi pangan maupun energi.
Semakin tinggi inflasi maka suku bunga pinjaman akan naik lebih cepat. Pemicu lainnya adalah ketidakpastian ekonomi sepanjang 2023 makin tinggi sehingga bank akan pertebal pencadangan dan naikan bunga pinjaman khususnya suku bunga kredit konsumsi sebagai antisipasi risiko jangka menengah.
Bhima menyarankan bank sebaiknya fokus dulu untuk dorong pertumbuhan kredit dengan menahan suku bunga.Debitur yang baru bangkit dari pandemi kemudian ajukan pinjaman untuk ekspansi usaha nya sangat butuh bunga yang terjangkau.
"Begitu juga dengan konsumen properti, sebanyak 70% lebih pembelian rumah dengan KPR sehingga besaran bunga mempengaruhi ability to pay atau kemampuan membeli rumah," ujar dia.
Kemudian bank bisa dorong laba lewat proporsi fee based income yang lebih besar seperti fee dari wealth management sampai layanan digital.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menjelaskan saat ini memang tinggal menunggu waktu untuk Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan.
"Penurunan suku bunga kredit sudah tidak mungkin terjadi. Untuk turun sudah tidak mungkin, justru lebih besar kemungkinanya untuk naik," tutur Piter.
(kil/hns)