BTN Kantongi Restu DPR buat Rights Issue Rp 2,98 T

BTN Kantongi Restu DPR buat Rights Issue Rp 2,98 T

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 07 Jun 2022 21:45 WIB
Teller melayani nasabah untuk bertransaksi di Kantor PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) Cabang Harmoni, Jakarta, Rabu (16/6/2021). Bank BTN berfokus bagaimana penyaluran dana PEN dapat mendorong industri pembangunan perumahan dapat terus bergerak dalam rangka mendongkrak ekonomi nasional dan masyarakat tetap dapat memiliki rumah di masa pandemi COVID-19.  Dana PEN yang ditempatkan di Bank BTN salah satunya telah disalurkan dalam bentuk  subsidi bunga KPR  dan UMKM dengan jumlah kurang lebih mencapai 1,15 juta debitur dengan nilai sekitar Rp2,49 triliun.
Foto: dok. Bank BTN
Jakarta -

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengantongi restu dari Komisi VI DPR untuk penawaran umum terbatas (rights issue) senilai Rp 2,98 triliun pada Semester II 2022.

Hal ini diungkapkan dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR dengan Menteri BUMN yang digelar Selasa (7/6/2022). Tak cuma BTN ada 5 BUMN lain yang akan menggelar aksi korporasi tersebut tahun ini.

"Komisi VI DPR RI menerima penjelasan dan untuk selanjutnya akan mendalami inisiatif corporate action, antara lain Bank BTN akan menjual saham jenis saham dalam portepel dengan metode privatisasi rights issue sesuai dengan persetujuan PMN TA 2022 senilai Rp2,98 triliun dari cadangan investasi," ujar Wakil Ketua Komisi VI DPR, Aria Bima dalam Raker dengan Menteri BUMN di Jakarta, Kamis (7/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kesempatan yang sama Wakil Menteri II BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa BTN membutuhkan tambahan permodalan karena rasio permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) bank spesialis kredit perumahan itu saat ini tergolong kecil dan sulit untuk mendukung pertumbuhan bisnis BTN. Dengan rights issue ini, maka Kementerian BUMN ingin mendorong CAR BTN agar bisa mencapai 19%.

"BTN membutuhkan tambahan modal. PMN Rp 2,98 triliun sudah disetujui. Tambahan modal ini akan dilakukan melalui rights issue di kuartal III atau kuartal IV," kata Kartika.

ADVERTISEMENT

Sementara, anggota Komisi VI DPR Mufti A. N. Anam, mengatakan sangat mendukung dengan tambahan modal yang diberikan kepada BTN. Hal ini ditujukan agar akses masyarakat terhadap perumahan semakin mudah dan murah sehingga backlog perumahan semakin berkurang.

"Rakyat kita banyak yang sudah mengakses perumahan mudah dan murah melalui BTN. Maka saya sangat setuju dengan PMN BTN. Bahkan kalau BTN minta berapa pun, kalau perlu didukung teman-teman DPR," ujar politisi dari PDIP Ini.

Sebelumnya, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan penguatan permodalan terhadap BTN sebagai pemain utama dalam kredit properti harus dilakukan. Tanpa penguatan modal pada tahun ini, maka kinerja BTN tak akan optimal dalam menangkap peluang besar di sektor properti maupun mendukung program pemerintah.

"BTN adalah ujung tombak pemerintah dalam program penyediaan rumah rakyat khususnya bagi kelompok masyarakat menengah bawah, khususnya dalam melaksanakan program-program bantuan pembiayaan perumahan dari pemerintah. Untuk itu penguatan permodalan BTN memang dibutuhkan," ujarnya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Hingga kuartal I-2022, BTN berhasil meraup laba bersih senilai Rp774 miliar, melonjak 23,89% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp625 miliar. Berdasarkan publikasi laporan keuangan Kuartal I-2022, bank yang fokus pada pembiayaan properti ini mencatatkan NIM sebesar 4,29%. Ini merupakan NIM tertinggi sejak 2019 lalu. Sebagai perbandingan, NIM BTN pada kuartal I-2021 tercatat hanya 3,31%.

Sejalan dengan peningkatan NIM, penyaluran kredit juga meningkat 6,04% menjadi Rp277,13 triliun, dari posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 261,34 triliun. Kombinasi dari peningkatan NIM dan ekspansi kredit menjadi dasar pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) BTN melesat 28,81% menjadi Rp3,57 triliun pada Kuartal I-2022, dibandingkan Rp2,77 triliun

BTN tampaknya lebih memilih tumbuh secara hati-hati, dengan fokus pada perbaikan kualitas kredit. Alhasil BTN berhasil menurunkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross dari 4,25% menjadi 3,6%. Sedangkan NPL nett sebesar 1,28%, turun dari posisi 1,94%.

Selain kredit, peningkatan NIM dan NII juga ditopang oleh perbaikan struktur biaya dana atau cost of fund yang turun 1,28% menjadi 2,41% dari setahun sebelumnya 3,69%. Hal ini didorong oleh peningkatan porsi dana murah (current account saving account/CASA) dari total DPK meningkat menjadi 44,15% dibandingkan setahun sebelumnya 38,2%. Sebaliknya, porsi deposito atau dana mahal turun menjadi 55,85% dari sebelumnya 61,8%.

Untuk memperbaiki biaya dana ini, BTN bahkan rela portofolio deposito turun 10,96%, dari Rp182,25 triliun pada Kuartal I-2021 menjadi Rp162,27 triliun pada Kuartal I-2022. Namun tabungan dan giro masih tumbuh positif. Tabungan tumbuh 10,49% menjadi Rp45,51 triliun, sementara giro tumbuh 15,78% menjadi Rp82,75 triliun.

Secara keseluruhan DPK yang dikelola BTN turun dari Rp 295,97 triliun per Maret 2021 menjadi Rp 290,53 triliun pada akhir Maret 2022. Kondisi ini membuat Loan to Deposit Ratio (LDR) BBTN naik menjadi 95,39%.

Hingga Kuartal I-2022, kredit perumahan yang disalurkan Bank BTN hingga akhir Maret 2022 mencapai Rp248,57 triliun. Dari jumlah tersebut KPR Subsidi pada kuartal I/2022 masih mendominasi dengan nilai sebesar Rp 134,04 triliun tumbuh 9,01% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 122,96 triliun. Sedangkan KPR Non Subsidi tumbuh 5,16% menjadi Rp84,28 triliun pada kuartal I-2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp80,14 triliun.


Hide Ads