Tahun 2022 menjadi yang terakhir bagi Wimboh Santoso sebagai Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) setelah menjabat sejak 2017. Dia akan digantikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri, Mahendra Siregar.
Kiprah Wimboh sebagai Ketua DK OJK mampu menjaga sektor keuangan tetap stabil selama masa pandemi COVID-19. Berbagai kebijakan telah diambil salah satunya relaksasi restrukturisasi kredit/pembiayaan sebagai upaya perbaikan terhadap debitur yang berpotensi kesulitan memenuhi kewajibannya.
"Pada saat itu ada rapat kabinet dan semua memang berpikir keras bagaimana kebijakan yang harus kita keluarkan agar bisa menahan, agar ini semua bisa tetap berjalan dengan baik, ekonomi kita dan ekosistem ekonomi bisa berjalan dengan baik, itu saja," kata Wimboh dalam program Blak-blakan detikcom yang tayang Rabu (13/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wimboh tidak bisa membayangkan jika saat itu kebijakan restrukturisasi kredit tak diambil. Keringanan kredit melalui restrukturisasi dilakukan dalam sejumlah bentuk seperti memperpanjang tenor kredit atau waktu pinjaman, penerapan grace periode, pengurangan suku bunga oleh lembaga pembiayaan, pengurangan tunggakan pokok (cut loss), hingga pengurangan tunggakan bunga.
"Coba kalau tidak kita lakukan berkaitan dengan kebijakan restrukturisasi, maka nasabah 3 bulan akan dikategorikan diragukan, ujung-ujungnya akan menjadi macet. Pada saat macet semua fasilitas disetop, bank-nya atau pemberi pinjamannya akan harus menyediakan cadangan untuk kredit macetnya dan cadangan itu pasti tidak sedikit, ujung-ujungnya permodalannya menjadi kurang dari ketentuan," imbuhnya.
Kebijakan restrukturisasi kredit disebut harus dilakukan agar sektor keuangan tetap stabil dan krisis 1997-1998 tidak terulang. Seiring mulai melandainya COVID-19, realisasi saat ini disebut semakin turun.
"Kita tahan ada Rp 900 triliun nasabah masuk skema restructuring dan sekarang ini sudah mereda, sudah sekitar Rp 500 triliun dan kami yakin gradually akan menurun. Kami juga sudah komunikasi dengan CEO-CEO bank, kita perkirakan sampai akhir tahun itu yang restructuring kira-kira tinggal 3-9% dari total kredit sehingga kita minta semua perbankan membuat cadangan secara gradual sesuai kemampuan," imbuhnya.
Wimboh mencatat penyaluran kredit perbankan per April 2022 telah tumbuh 9,03% secara year on year (yoy). Hal ini membuktikan bahwa ekonomi Indonesia yang didukung oleh belanja rumah tangga sudah terjadi pemulihan.
"Momentum ini harus kita jaga dan kita tinggal bagaimana memitigasi terkait dengan spillover dari normalisasi kebijakan The Fed dan terkait inflasi bagaimana harus kita manage dan terkait bagaimana gangguan global bisa kita mitigasi dengan baik," ujarnya.
OJK sendiri telah memutuskan untuk memperpanjang masa relaksasi restrukturisasi kredit perbankan, dari semula 31 Maret 2022 menjadi 31 Maret 2023. Kebijakan ini menjadi booster bagi sektor perbankan dan para debitur termasuk pelaku UMKM.
Selain kebijakan di sektor keuangan secara langsung, Wimboh juga terlibat dalam percepatan vaksinasi COVID-19. Pihaknya menyediakan data untuk pegawai sektor keuangan, pegawai OJK, serta nasabah sektor keuangan untuk bisa divaksin.
"Sekitar 10 juta (data penerima vaksin dari OJK). Saya dibantu teman-teman yang luar biasa juga sehingga dedikasi kita untuk NKRI luar biasa. Tanpa itu saya rasa kita tidak bisa, game changer-nya memang vaksin. Kalau vaksin tidak bisa didistribusikan, sektor bisnis juga akan berat," tandasnya.
(aid/eds)